TNC, KENDARI – Upaya melemahkan Balon Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra), Abdul Rahman Farisi (ARF) semakin masif di lakukan oleh tim calon kompetitornya pada pemilihan gubernur 2018 mendatang.
“ARF diserang dengan menyebar luaskan isu-isu miring dan gerakannya, terkesan sebagai upaya menjeggal agar ARF tidak dapat tampil di Pilgub nanti,” kata Sahrul, Juru bicara ARF, Selasa (22 /8/2017).
Tim bakal calon lain, kata Sahrul, kerap menyebar kampanye hitam kepada masyarakat, bahwa ARF tidak akan dapat pintu. Bahkan, mereka mempengaruhi masyarakat agar tidak mendukung ARF. Selain itu, bentuk kampanye hitam lainnya adalah mereka menyebut ARF hanya sekedar memanfaatkan momentum Pilgub, untuk kepentingan pemilihan legislatif 2019 nanti.
“Saya tegaskan bahwa ARF ingin membangun Sultra secara merata di seluruh kabupaten/kota, memajukan daerah ini dua kali lebih cepat. Dan alasan itulah yang mendorong ARF untuk benar-benar siap bertarung di Pilgub siapaun lawannya,” tegasnya.
Menurut Sahrul, serangan yang dialamatkan kepada ARF yang juga pengamat ekonomi nasional tersebut, sebagai bentuk kepanikan calon lain. Sebab, popularitas dan elektabilitas ARF terus menunjukan tren yang positif di seluruh wilayah Sultra. sosok ARF, lanjutnya, merupakan Balon Gubernur Sultra alternatif yang bersih, cerdas, visioner dan energik.
Selain alasan itu, Sahrul menambahkan, bahwa ARF satu-satunya bakal calon yang memiliki visi misi yang mendorong pendirian jaminan kredit daerah (Jamkrida).
“Makanya, saya minta kepada seluruh sahabat/tim ARF untuk tidak menghabiskan waktu merespon serangan tersebut. Abaikan saja kampanye hitam itu, dan tetap fokus mengkampanyekan visi misi ARF kepada masyarakat,” ujar mantan aktivis Makassar ini.
Ia juga menilai, serangan terhadap ARF tersebut sebagai bukti bahwa mereka krisis gagasan, sehingga tidak memiliki konsep dan strategi yang baik dalam mengkampanyekan calon gubernurnya. Selain itu, mereka (tim Cagub lain) tidak mengerti politik. Alasannya, cara-cara yang mereka lakukan tidak sama sekali memiliki nilai-nilai demokrasi dan tidak mendidik publik. Seharusnya publik disuguhkan dengan praktek politik yang sehat dan menghormati Balon yang lain.
“Saya harap mereka segera sadar dan tidak lagi menyerang ARF. Kita biarkan masyarakat untuk menentukan pilihannya,” tutur Sahrul.
Dia juga berharap, agar momentum pemilihan gubernur dapat dijadikan sebagai penguatan nilai-nilai demokrasi. Masing-masing bakal calon gubernur harus mampu mengarahkan timnya, untuk melakukan kerja-kerja politik yang benar.
Sahrul menambahkan, kritik terhadap salah satu bakal calon sah-sah saja, selama itu masih dalam batas kewajaran. Misalnya, mengkritisi bakal calon yang mungkin pernah menjabat sebelumnya.
“Artinya, kita mengkritisi soal prestasinya selama memimpin daerah. Sebab, keberhasilan seorang pemimpin dapat dilihat dari sejauh mana seorang pemimpin itu, dapat menekan angka kemiskinan dan bagaimana pertumbuhan ekonomi masyarakat,” katanya.
Laporan: Ikmal
Discussion about this post