TenggaraNews.com, KENDARI – Ribuan civitas akademika dari 43 Perguruan Tinggi (PT) se Sulawesi Tenggara (Sultra) padati alun-alun eks. MTQ Kota Kendari, dalam rangkaian kuliah akbar melawan faham radikalisme, Sabtu 28 Oktober 2017. Kegiatan tersebut turut dihadiri Rektor IAIN Kendari, Nur Amin yang juga bertindak sebagai Stering Comite (SC) kuliah akbar, Kapolda Sultra, Brigjen Pol Andap Budi Revianto dan Organizer Comite (OC) pusat, Erwin Usman.
Melalui agenda tersebut, ribuan civitas akademika tersebut juga melakukan deklarasi bersama, untuk memerangi peredaran faham radikalisme.
Melalui orasi ilmiahnya, SC Kuliah Akbar Sultra, Nur Alim mengatakan, melalui agenda tersebut sekiranya bisa menjadi bagian dari meneguhkan komitmen kebangsaan dan nasionalisme bersama, sebagai anak bangsa dan pelanjut pembangunan, dalam mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan para patriot kemerdekaan.
Diterangkannya, semangat kebangsaan dan nasionalisme sangat penting dimiliki seluruh civitas akademika perguruan tinggi, karena khususnya para mahasiswa merupakan bahagian dari pemuda, yang akan melanjutkan perjuangan dan tonggak kepemimpinan di masa mendatang, untuk masa depan bangsa Indonesia yang lebih baik.
“Kami yang berada pada posisi seperti ini, tak mungkin selamanya akan berada pada kedudukan ini, yang akan menjadi pelanjut dalam memimpin bangsa dan organisasi-organisasi adalah mereka yakni pemuda atau mahasiswa,” papar Rektor IAIN Kendari itu.
Semangat nasionalisme tersebut, lanjutnya, tidak hanya sekedar wawasan saja, namun kemampuan mengatualisasikannya dalam menjalankan misi tri darma perguruan tinggi merupakan hal yang lebih penting. Bahkan, setiap warga negara wajib setia dan taat sepenuhnya pada Pancasila, UUD 1945 dan menjaga NKRI dengan semangat Bhineka Tunggal Ika.
Menurut dia, bangsa ini sudah ditakdirkan oleh Tuhan dengan berbagai suku bangsa, agama dan ras. Sesungguhnya, jika Tuhan ingin menyeragamkan tidak ada yang sulit, tapi hal ini sudah keinginan sang pencipta, bahwa Indonesia terdiri dari berbagai macam warna, yang kemudian dipersatukan melalui satu bahasa, bangsa dan negara yakni Indonesia dan dibalut dalam satu ideologi kebangsaan yakni Pancasila.
“Pancasila tak perlu didiskusikan lagi sebagai dasar negara, jika ada yang salah dalam masyarakat, yang perlu didiskusikan jika terjadi penyimpangan, adalah bagaimana kita meluruskan penyimpangan-penyimpangan tersebut, sebagai implementasi dari Pancasila,” beber Nur Alim.
Dia juga menambahkan, perguruan tinggi harus menjadi garda terdepan dalam mengawal dan berkomitmen terhadap nilai-nilai Pancasila, dengan melawan segala bentuk radikalisme, baik ideologis maupun kultural. Yang berusaha menggantikan Pancasila sebagai dasar dan ideologi bangsa, maupun bentuk radikalisme lainnya seperti radikalisme ekonomi, yang selalu mengeruk harta dan kekayan alam secara tidak bertanggungjawab, seperti yang dilakukan para koruptor.
Ditempat yang sama, OC pusat Erwin Usman mengatakan, kuliah akbar ini merupakan tindak lanjut dari deklarasi pimpinan perguruan tinggi se Indonesia, 25 September lalu di Bali dan dihadiri sekitar 4000 civitas akademika.
“Alhamndulilah, hari ini persis sebulan pasca deklarasi bersama civitas akademika, dan terima kasih untuk seluruh rektor, direktur dan mahasiswa perguruan tinggi se Sultra, yang telah mewujudkan kuliah akbar ini,” katanya.
Erwin juga mengapresiasi atas komitmen civitas akademika di Sultra, untuk menjadikan perguruan tinggi sebagai benteng utama menjaga dan merawat Pancasila serta NKRI.
Sementara itu, Kapolda Sultra, Brigjen Pol Andap Budi Revianto mengatakan, di tengah perkembangan situasi yang ada saat ini, diiketahui bahwa perang saat ini sudah berubah gaya. Seperti pada perang dunia I dengan bentuk konvesional, kemudian pada perang dunia II dengan gaya komunikasi analog. Sedangkan saat ini sudah memasuki era digitalisasi.
“Sekarang sudah banyak hoax. Sadar atau tidak sadar, rekan-rekan sudah diprovokasi dengan isu-isu yang negatif. Untuk itu, pemuda dan pemudi Indonesia harus bersatu, untuk melawan ancaman isu radikalisme dan perpecahan adu domba,” kata orang nomor satu di Mapolda Sultra tersebut.
Brigjen Andhap Budhi Revianto juga menyebut, bahwa hoax merupakan bentuk adu domba gaya baru, dengan menyuguhkan sejumlah pemberitaan bohong, untuk memecah belah keutuhan NKRI.
“Bingkai NKRI mulai digrogoti. Untuk itu, mari kita galang persatuan dan kesatuan, jangan mudah terpecah belah dengan isu-isu yang tak benar,” singkatnya.
Laporan: Ikas Cunge