TenggaraNews.com, KENDARI – National Consultant FAO Indonesia, Reza Ramadhan mengungkapkan, berangkat dari kelompok usaha sagu Meambo Food, pihaknya akan mengawal semua kegiatan, yang dirantai tata nilainya dari hulu ke hilir. Jadi, sistemnya akan dimulai dari supplay, rool materialnya sampai ke barang jadi.
“Jadi kalau misalnya bicara detail produk, itu akan terkonsentrasi di Kota Kendari, yang akan menjadi pusat bisnisnya,” ujarnya, Jumat 8 Desember 2017.
Reza menambahkan, bahwa pihaknya akan menelorkan merk dagang Saguku dengan produk unggulan. Awalnya biskuit sagu, lalu chip sagu. Melalui proses yang modern, maka akan menghasilkan produk yang mentereng, seperti tepung sagu premium.
“Untuk pengurus awalnya itu ada sekitar 25 orang, anggotanya mereka yang akan membentuk di rapat awal,” tambahnya.
“Jadi FAO itu menginisiasi programnya, mulai dari training, pembahasan AD/ART dan lain-lain kita yang memfasilitasi,” terang Reza.
Kedepannya, kata dia, program ini bisa dikelola secara mandiri oleh anggota yang sudah terbentuk, dan dikawal dari Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, Dinas Ketahanan Pangan, Bappeda Pemkot dan Pemprov.
“Kelompok usaha Sagu Meambo Food itu mereka nanti yang akan mengawal kegiatan selanjutnya,” kata Reza.
FAO sudah mulai melakukah FDG mapping sejak 2014 lalu, tapi baru mulai star program di 2015 dan berakhir di 18 Desember, yang akan ditandai dnegan terminal workshop.
Kelompok usaha Sagu meambo food adalah bisnis center nya, yang dipusatkan di Kelurahan Mata, karena di sana terkumpul semua dari rool materialnya hingga menjadi barang jadinya.
Sebelum ke Sultra, lanjut Reza, pihaknya sudah mapping di Riau, kemudian baru ke bumi anoa, lalu di Maluku sampai Papua. Tapi, dengan alasan jarak dan potensi dari sagunya juga kesiapan dari Pemda serta petani, sehingga pihaknya memilih Sultra.
“Kenapa dipusatkan di Konawe dan Konsel, karena kami sudah expect bahwa Kendari itu bisa jadi pusat bisnisnya, nah lalu ketika kita bicara pusat bisnisnya mana yang akan menopang, lagi-lagi soal lokasi kami sempat sampai ke Kolut itu ada tapi terlalu jauh, untuk sampai ke pusat bisnisnya di Kendari. Jadi kita bisa minimalisir jarak sehingga mereka bisa tumbuh perlahan dengan progres yang cepat,” Tutupnya.
Laporan: Muhamad Isran
Editor : Ikas Cunge
Discussion about this post