TenggaraNews.com, KENDARI – LM. Sjafei Kahar membantah soal pemberitaan di salah satu media cetak lokal, yang menyebutkan bahwa dirinya dikabarkan melobi Agung Laksono, untuk merebut dukungan Partai Golkar dari pasangan Ali Mazi-Lukman Abunawas (Aman).
Bakal calon Wakil Gubernur Sultra ini menilai, pemberitaan tersebut merupakan bentuk provokasi, yang sengaja diciptakan oleh oknum tertentu.
Menurut Sjafei, pertemuan dirinya dengan Agung Laksono murni hanya silaturrahmi biasa, tanpa ada lobi-melobi urusan politik. Sebagai sesama kader Golkar, yang tergolong telah lama berkiprah dan mengabdi untuk partai beringin tersebut, maka perlulah kiranya meluangkan waktu bernostalgia dan bertukar pikiran terkait masa depan negara ini.
“Jadi pertemuan dengan Pak Agung Laksono tidak lebih dari silaturrahmi ,” singkatnya kepada TenggaraNews.com, Rabu 13 November 2017.
Terkait dengan pencalonannya, kata dia, sebagai Cawagub mendampingi Rusda Mahmud, diakuinya telah lama diketahui oleh Agung Lakosono, dan secara pribadi mendoakan serta mengahrapakan yang terbaik untuk masaa depan mantan Bupati Buton dua periode tersebut dan Sultra.
Sjafei menambahkan, adapun posisi arah dukungan Partai Golkar kepada pasangan Aman, dirinya bersama Rusda Mahmud sangat menghargai hal tersebut. Karena telah melewati prosedur kepartaian yang sah.
“Saya dan Pak Rusda bukan tipe orang yang menghalalkan segala cara untuk meraih kepentingan, pasangan Aman telah resmi mendapatkan rekomendasi Partai Golkar, dan saya sebagai seorang kader Golkar dan secara pribadi menerima serta menghargai hal tersebut,” jelasnya.
Untuk itu, jika ada berita yang mengatakan bahwa dirinya melobi Agung Laksono untuk mendapatkan Golkar, hal itu dinilainya sebagai hanya salah satu strategi untuk mengadu domba tim pemenangan Rusda-Sjafei, dengan tim Aman yang selama ini sangat akur dan santun dalam menghadapi kontestasi politik ini. Dan pelaku adu dombanya bisa ditebak bersama
“Golkar telah sah menjadi milik Aman, bukan karakter saya dan Pak Rusda Mahmud untuk menjegal dan merampas apa yang telah menjadi milik orang, karena yang berbuat seperti itu hanyalah mereka yang tidak memiliki etika politik dan jiwa petarung,” pungkasnya.
Laporan: Ikas Cunge