TenggaraNews.com, KENDARI – Diakhir tahun 2021, Indonesia menggelar event nasional Gebyar Ekspor Serentak melalui 34 pintu ekspor yang tersebar di tanah air.
Untuk pintu ekspor di Sultra, berlokasi di Pelabuhan Bungkutoko Kendari (Kendari New Port). Letaknya berada di sisi timur Kota Kendari.
Adalah Gubernur Sultra Ali Mazi didampingi Asisten III Sekretariat Daerah Sukanto Toding dan Kapolda Sultra Irjen. Pol. Drs. Teguh Pristiwanto, SH yang melepas komoditas ekspor biji mete asal Sultra ke Negara Vietnam.
Volume biji mete yang di ekspor sebanyak 18 ton pada Jumat, 31 Desember 2021 lalu.
Ekspor biji Mete ini merupakan bagian dari Gebyar Ekspor Serentak yang digelar Kementerian Pertanian melalui 34 pintu ekspor.
Pelaksanaannya digelar bersamaan dan terkoneksi secara virtual yang dipusatkan di Terminal Peti Kemas, Pelabuhan Soekarno-Hatta, Makassar, Sulawesi Selatan.
Biji Mete tujuan ekspor yang dikirim Sultra ke Vietnam bernilai Rp 333,6 juta dan menjadi bagian dari total ekspor pada Gebyar Ekspor Serentak kali ini senilai Rp 14,4 triliun pada 34 pintu ekspor Indonesia.
Pelabuhan Bungkutoko atau Kendari New Port merupakan salah satu pelabuhan yang menjadi pintu ekspor Indonesia. Pelabuhan dengan luas lima hektar ini dibangun dengan konsep pelabuhan bertaraf Internasional, dan menjadi fasilitas pengapalan langsung ke luar negeri.
Sebelumnya, pada Juli 2020 lalu, sebanyak 18 ton serabut kelapa dikirim ke Weifang, di Provinsi Shandong, Republik Rakyat Cina, dengan nilai USD3.960 (setara Rp55,4 juta dengan kurs Rp 14.000.
Kisah ekspor biji mete ini melalui Pelabuhan Bungkutoko Kendari menyisakan cerita menarik menjadi inspirasi bagi generasi milenial di bumi anoa.
Anak muda bernama Steven Stenly, owner CV Best Farmer Indonesia yang telah memberikan gebrakan baru. Di usianya yang masih muda, anggota Kadin Sultra ini memberanikan diri membuka kran bisnis ekspor biji mete ke Vietnam.
Ekspor biji mete inilah yang menjadi lembar sejarah Gebyar Ekspor Serentak di 34 pintu ekspor Indonesia pada akhir tahun 2021.
Steven kelahiran tahun 1994 berhasil membuktikan, bahwa anak muda Sultra juga mampu menjadi eksportir.
Meskipun perusahaan baru dan masih tergolong pemula, sosok yang dikenal sebagai Youtuber asal Sultra tersebut membuktikan dirinya,
mampu memanfaatkan peluang akses pasar yang ada, khususnya pasar kacang mete.
“Tiga bulan saya fokus diekspor ini, selama merintis banyak sekali rintangan masalah yang dihadapi. Tetapi saya yakin ini pasti berhasil. Saya keliling Sultra untuk mencari produk unggulan dan akhirnya memutuskan ekspor kacang mete gelondongan,” ucap Steven kepada wartawan.
Steven menyebut, 18 ton kacang mete yang diekspor ke Vietnam berasal dari petani jambu mete di beberapa kabupaten, seperti Konawe Kepulauan, Buton, dan Muna.
Steven mengatakan, kacang mete merupakan produk unggulan di Sultra, meskipun masih ada hasil perkebunan unggulan lainnya seperti kelapa dan turunannya.
Namun menurutnya kacang mete Sultra jauh lebih baik kualitasnya dibanding daerah lain di Indonesia, seperti di NTB. Apalagi Sultra merupakan penghasil kacang mete terbaik di dunia.
“Meskipun masih ada hasil perkebunan unggulan yang lain, tapi tiga bulan terakhir ini saya fokus mencari pasar kacang mete di luar negeri,” ucapnya.
Pasar kacang mete di luar negeri, kata dia, sangat bagus, banyak permintaan dari India dan Vietnam. Apalagi saat ini buyer asal India ada di Kendari dan siap membeli hasil perkebunan kacang mete Sultra.
Satu kontainer kacang mete, ternyata Steven banyak melibatkan petani dan mendapat dukungan dari Pemda. Pasalnya, pemda terus mendorong lahirnya pada generasi muda, anak-anak milenial untuk lebih memperhatikan sektor pertanian, terutama komoditas perkebunan.
“Obesis saya atau targetkan tahun 2022 ini, saya bisa tembus pasar China dengan mengeskpor 50 kontiner dalam setahun,” kata Steven.
Steven berharap, ekspor di akhir 2021 mampu memberi semangat bagi anak muda di Sultra. Juga menjadi contoh baik, sehingga anak muda di Sultra membuktikan mereka mampu menembus pasar internasional.
Laporan : Bing