TenggaraNews.com, KENDARI – Kemajuan teknologi komunikasi di era milineal ini, seharusnya dimanfaatkan secara positif untuk kemajuan peradaban manusia. Namun ada juga orang yang menyalahgunakannya, dengan menyebarkan paham radikal terorisme melalui internet.
“Paham radikal terorisme ini memanfaatkan saluran internet, untuk pembentukan opini, seperti media sosial facebook, youtube, whatsapp, instagram dan lain sebagainya guna menyebarkan tulisan, foto, gambar meme dan video, ” jelas Kasubdit Pemberdayaan Masyarakat BNPT RI, Dr.Hj.Andi Intang Dulung,M.H.I di hadapan peserta Rembuk Aparatur Kelurahan dan Desa tentang Literasi Informasi Melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) di salah satu hotel di Kota Kendari, Rabu (11/9/2019).
Bahayanya, bila masyarakat tidak teliti dengan cara mengecek kebenaran informasi yang ditemukan di medsos, facebook, youtube, whatsapp, instagram, blog, line, dan lain sebagainya, sangat cepat terpengaruh. Apalagi kalau informasi itu dishare ke mana-mana, sehingga viral atau ramai dibicarakan orang.
Meskipun informasi tersebut tidak benar atau hoax, namun karena sudah viral di medsos, maka ini bisa berubah menjadi pembenaran publik. “Karena itu, semua informasi yang diperoleh harus disaring terlebih dahulu, dicek kebenaran informasinya barulah dishare. Tapi kalau informasi tersebut hoax, jangan dishare ke publik. Berikan bantahan penjelasan informasi yang sebenarnya, ” jelas Andi Intang Dulung yang pernah bertugas di Kemenag Provinsi Sultra ini.
Kemudian dari sisi perekrutan anggota teroris, juga mengalami perubahan seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi zaman now. Teroris lama, perekrutannya memanfaatkan pendekatan keluarga, lembaga keagamaan dan pertemanan. Polanya tertutup dan pembaitan langsung.
“Bahkan ada cara menikahi perempuan. Setelah itu diberi atau disuntik paham radikal. Memang butuh waktu lama untuk menyebarkan paham ini, tapi ini tetap saja berbahaya dan harus diwaspadai, terutama di lingkungan kita, ” jelasnya.
Sedangkan gaya terorisme baru, cara perekrutan memanfaatkan website, medsos facebook mesengger, whatsapp, instagram, twitter dan lain-lain. Polanya terbuka, pembaiatan via media.
“Ini pengaruhnya sangat cepat, dalam waktu singkat sudah terpapar radikal terorisme. Sudah banyak kejadian yang ditemukan. Contoh kasus, ada anak cerdas terpengaruh ke Negara Surya. Dia diiming imingi sudah saatnya pindah ke negara surga, yakni Suriah. Ternyata bukan surga yang ditemukan di sana, justru bahaya yang didapatkan. Inilah contoh, betapa cepatnya paham radikal teroris mempengaruhi orang melalui internet. Karena itu, saya tekan lagi semua informasi yang diperoleh harus di saring baru share, ” ujarnya.
Teroris juga saat ini sudah memanfaatkan pola pembiayaan uang virtual (bitcoin). “Sekarang sudah pakai uang virtual,” tandasnya.
Sementara itu, pengurus FKPT Sultra, Milwan menjelaskan, ciri-ciri berita hoax atau berita bohong yang dapat mempengaruhi publik. Seperti memberi penyuluhan, minta supaya dishare atau diviralkan, menggunakan argumen yang sangat teknis, artikel menyembunyikan fakta, berita biasa ditulis media abal-abal, manipulasi foto.
Mantan pimpinan salah satu media cetak ini juga menjelaskan, Negara Indonesia masuk peringkat ke 2 dari seluruh dunia sebagai pengguna internet terbanyak.
Laporan : Rustam