TenggaraNews.com, KENDARI – Awalnya takut, namun didorong dengan keinginan untuk menghilangkan rasa takut tersebut, kini I Wayan Dina Parwatha hoby bermain bersama hewan melata tersebut. Bahkan, ayah tiga anak ini mengoleksi 20 ekor ular, dengan jenis dan ukuran berbeda-beda.
Dewan Penasehat Komunitas Jurnalis Jalan-Jalan (KJ3) Sultra, Ir. Hugua dan sejumlah pengurus KJ3 berkesempatan melihat langsung koleksi ular milik pria berusia 39 tahun itu, Minggu 23 September 2018 di Jalan Haeba Dalam, Kelurahan Wuawua, Kecamatan Wuawua, Kota Kendari.
Kepada awak media online, Bli Wayan menyampaikan keprihatinanannya terhadap kehidupan hewan-hewan peliharaannya tersebut, dan sejumlah binatang endemik di Sultra seperti anoa dan kus-kus.
Sebab, hingga saat ini belum ada wahana untuk hewan-hewan tersebut. Menurut dia, jika pemerintah sedikit peka, hendaknya dapat dilakukan upaya-upaya regenerasi sejumlah binatang sehingga tidak cepat punah.
Olehnya itu, Wayan memiliki keinginan agar dicanangkan pembangunan kebun binatang di Sultra, sebagai bentuk upaya memastikan keberlangsungan hidup hewan-hewan tersebut. Sehingga dirinya berharap terbangun sinergitas antara pemerintah dan dirinya untuk merealisasikan ide pembangunan kebun binatang.
“Iya, saya sangat berharap akan ada kebun binatang di daerah kita ini. Program ini ada multi player efeknya loh. Selain membantu regenerasi hewan, juga bisa menjadi sumber PAD yang baru,” ujar pria yang memulai hobinya tersebut sejak 2010 silam.
Tidak hanya itu saja, kata dia, kebun binatang ini juga menjadi pusat edukasi bagi para pelajar dan mahasiswa untuk mengenal jenis-jenis ular dan binatang endemic Sultra.
* Hobi Bermain Bersama Ular Pasca Digigit
Sebelum dirinya gemar bermain bersama ular, Wayan sangat takut terhadap binatang melata tersebut. Keberaniannya mulai muncul pasca dirinya digigit ular yang tidak berbisa, dan memutuskan untuk memeliharanya seperti yang dilakukan saat ini.
“Sejak tahun 2010 lalu baru saya mulai beli ular-ular. Saya membelinya dari Makassar, Papua dan Sumatra melalui Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sultra,” jelas Wayan.
Disebutkannya, koleksi peliharaannya tersebut terdiri dari berbagai jenis, yakni piton, ular pohon, ular sawah dan ular kalimantan. Sedangkan untuk ukurannya dimulai dari 1 meter yang paling kecil, hingga enam meter yang paling besar.
“Klau yang besar itu hampir 100 kilo gram beratnya, dan setengah kilo gram untuk yang paling kecil,” sebutnya.
Untuk pemeliharaan binatang tersebut, Wayan harus menyiapkan anggaran Rp 5 juta per bulannya.
“Kalau untuk makanan ular itu sebulan bisa sampai Rp 5 juta, tapi yang namanya hobby dan bentuk prihatin terhadap satwa liar hal itu sudah tidak diperhitungkan lagi, namun saya berharap pemerintah bisa merespon untuk bersinergi dan bersama sama duduk untuk memikirkan bagaimana supaya kita bisa buat penangkaran hewan, “pungkasnya. (IC/red)