Tenggara News
  • Daerah
  • Politika
  • Nasional
  • Kombis
  • OPINI
  • TNC Inspiration
  • ADVETORIAL
  • Redaksi
    • Pedoman Pemberitaan Media Siber
    • Peraturan Dewan Pers
    • Redaksi
    • Tentang Kami
No Result
View All Result
Tenggara News
  • Daerah
  • Politika
  • Nasional
  • Kombis
  • OPINI
  • TNC Inspiration
  • ADVETORIAL
  • Redaksi
    • Pedoman Pemberitaan Media Siber
    • Peraturan Dewan Pers
    • Redaksi
    • Tentang Kami
No Result
View All Result
Tenggara News
No Result
View All Result
Home OPINI

Bhayangkara Itu Pernah Punya Sosok

Kepemimpinan RS. Soekanto, Keteladanan Hoegeng dan  Kejuangan M. Yasin.

Redaksi by Redaksi
July 2, 2020
in OPINI
0
DR. Azhari

DR. Azhari

Smiley face

“Teguhkan Iman dan bangunkan kembali Korps Kepolisian Seperti sediakala” (RS.Soekanto, 17-12-1959).

Kemarin tanggal 1 Juli, Bangsa kita mengenangnya sebagai hari Bhayangkara. Bhayangkara Negara, mengambil bahasa Sansekerta, yang berujung jauh pada kejayaan negeri Nusantara. Hampir semua warga bangsa ini pernah mendengar nama besar Gadjah Mada, ya tokoh pemersatu pertama Nusantara, yang bersumpah tidak akan menikmati kehidupan yang enak sebelum seluruh Nusantara berada dibawa panji-panji Majapahit. Alhasil Gadjah Mada berhasil mengabadikan namanya bak legenda, tetapi hidupnya sendiri entah sampai akhir tetap tidak menikmati kebesaran Majapahit, dalam arti hidup tenang dan santai sejahtera bersama anak cucu. Paling tidak sampai saat ini, tidak ada yang pasti dimana nisan terakhir sang Bhayangkara sejati itu. Apalagi menemukan istana terakhirnya  berikut  anak cucu  pelanjut darah biologisnya.

Bhayangkara itu hilang setelah sumpahnya terpenuhi, karena jiwa dan sumpah Bhayangkaranya dia relah kehilangan kedudukan, setia mengawal pemimpin besar Majapahit hingga akhir hayatnya walaupun harus mengorbankan diri dan perasaannya. Begitulah jiwa satria seorang ksatria negeri yang membentuk pasukan Bhayangkara, pasukan khusus pengawal raja Majapahit, lalu mencetuskan Sumpah Palapa saat raja Majapahit memberi kepercayaan untuk menjadi Maha Patih Majapahit dan kemudian hilang entah ke  mana  saat  sumpahnya telah terpenuhi.

Begitulah, kawan nama Bhayangkara itu berat, pencetusnya memiliki kepemimpinan dan ketauladanan serta keberanian yang teruji. Berat untuk diikuti tapi layak untuk diteladani semampu kita warga bangsa Nusantara, bukan hanya anggota Polri tetapi semua anak negeri apalagi pengelola Negara.

Adalah RS. Soekanto, pemimpin Polri pertama. Dialah peletak dasar kepolisian di Negara kita. Beliau yang dengan mantap memilih sebutan “Bhayangkara” untuk organisasi yang wajib ada di suatu negara,  yang eksis menjalankan pemerintahan, ya organisasi polisi, yang wajib menjaga ketertiban dan menegakan peraturan untuk berjalannya roda pemerintahan dalam saat genting, damai dan musibah apapun yang sedang melanda. Bhayangkara mesti terlihat ada. Karena kehadirannya menjadi tanda bahwa “pemerintahan” itu masih ada dan berjalan. Ingat pemerintahan, bukan negara. Karena dalam keadaan genting saat negara dalam bahaya invasi, maka seluruh warga bangsa harus berjuang mengangkat senjata untuk mempertahankan negara dibawah kepemimpinan militer.

You Might Also Like

Dam Haji di Tanah Air: Antara Fatwa, Pendapat Mazhab dan Rasionalitas Maqasid

Hardiknas 2 Mei 2025, Optimalisasi Anggaran Pendidikan dan Penguatan SDM

Pendidikan Widyalaya Mulai Menggeliat di Bumi Anoa, Sulawesi Tenggara

Bukan Sekadar Bertahan : Warga Marjinal Kota Kendari Berhak atas Layanan Publik yang Adil dan Inklusif

Polisi pun berubah menjadi militer dan itu terjadi di negeri kita saat awal pergerakan perebutan dan mempertahankan kemerdekaan, hingga Soekanto beserta jajarannya ditahun 1946 harus pindah ke Yogyakarta mendampingi Ir. Sukarno, kemudian Polri berada dibawah  Menteri Pertahanan dan Keamanan. Untuk  semangat dan kondisi perjuangan tersebut juga hingga Hoegeng, sempat bergabung dengan AL dan menyandang pangkat Mayor sampai kemudian bertemu Soekanto dan memintanya kembali ke korpsnya Polri. Atas panggilan itu pula M. Yasin, menggerakan pasukannya melawan penjajah di Surabaya dan atas keberaniannya, sehingga panglima besar Jendral Sudirman memanggilnya dan memberikan tugas khusus agar dia dan pasukannya menangkap seorang rekan pejuang yang telah salah arah tapi disegani dan ditakuti oleh para pemimpin pasukan lainnya saat itu. Ya. M. Yasin sempat mengajukan keberatan kepada panglima, kenapa harus dia dan pasukannya, tapi dijawab oleh panglima bahwa engkau dan pasukannmu yang sanggup. Tugas ditunaikan dengan baik. (Silakan baca memoar M. Yasin).

Begitu beratnya memikul nama Bhayangkara dalam filosofi dan idealnya hingga saya berani membuat tulisan ini, menyematkan Bhayangkara ideal itu pada tiga sosok anak bangsa yang namanya seharusnya tidak hanya terpatri dalam organisasi POLRI, tetapi patut diteladani oleh generasi bangsa ini sebagaimana meneladani para pejuang-pejuang bangsa besar lainnya.

Ya. Kepemimpinan Soekanto. Beliau sosok yang bahkan untuk pertama kalinya ditunjuk oleh Bung Karno, setelah PPKI membentuk Badan Kepolisian Negara Tgl 19 Agustus 1945. Soekanto ditunjuk untuk membentuk dan memimpin kepolisian negara yang baru diproklamasikan itu, selanjutnya Bung Karno mengangkatnya sebagai kepala Polri yang saat itu ditempatkan dibawah Mendagri sebagai satu jawatan semacam direktorat, Djawatan Kepolisian Negara (DKN) sampai kemudian Soekanto, meminta kepada kabinet Syahrir agar polisi dilepaskan dari Depdagri yang dipimpin oleh pejabat menteri agar Polisi bisa independen dari subyektifitas politik. Syahrir selaku Perdana Menteri merespon itu dengan mengeluarkan keputusan tanggal  1 Juli 1946. Polri berada langsung dibawah Perdana Menteri. Karena situasi perjuangan, Presiden dan wakil Presiden beserta sebagian anggota kabinet pindah ke Jogyakarta, Soekanto beserta staf juga beralih ke Jogyakarta. Karena perdana Mentri Syahrir banyak berada di Jakarta, maka pertangungjawaban Kapolri dilimpahkan kepada Menhankam.

Setelah kondisi Republik kembali normal, Polri kembali berada dibawah  Presiden melalui Menhankam. Sampai kemudian terjadi kehangatan politik nasional akibat progresifnya PKI, juga saat menghadapi perang penyatuan kembali Irian Barat, Presiden Sukarno, menghendaki agar Polri disatukan dengan ABRI, sebagai satu angkatan dibawa panglima ABRI. Keputusan tersebut ditolak Soekanto sebagai Kapolri, dengan alasan bahwa tugas dan Independensi Polri akan terganggu dalam penegakan hukum dan ketertiban masyarakat.

Smiley face

Alhasil, karena keteguhan sikapnya dalam meletakkan dasar-dasar kepolisian, Soekanto, tentunya dengan dibumbui beberapa alasan subyektif para pembenci sikap idealisnya, tersingkir dari jabatan Kapolri. Bung Karno kemudian memanggil M. Yasin, menawarkan posisi sebagai Wakapolri bagi kapolri pengganti Soekanto, tapi lagi-lagi idealisme dan sikap ksatria Bhayangkara yang tertanam pada diri M. Yasin menyebabkan dengan lugas menolak menjadi Wakapolri dan justru menjelaskan sikapnya yang berada pada barisan sang atasan Soekanto, bahwa Soekanto adalah figur yang banyak berjasa serta membangun dan meletakan dasar-dasar kepolisian yang baik.

Alhasil idealisme dan sikap ksatria M. Yasin berbuah penugasan diluar instansi kepolisian, beliau ditugaskan sebagai minister konsuler di KBRI Jerman Barat, setelah mendampingi sang atasan yang  tidak mau lagi memakai seragam Polri saat akan serah terima kepada penggantinya. Karena Soekanto merasa bahwa dirinya telah diberhentikan dari Polri. Saat tanda tangan  serah terima,  Soekanto tetap bersikukuh didepan Menhankam Kasab. Jenderal Nasution bahwa dia mau ttd bila di atas namanya ditambahi kata “bekas” Kapolri.

Ya, RS. Soekanto Kapolri terlama, sejak 1945-1959 itu, diberhentikan karena sikap dan idealismenya untuk  korps kepolisian yang dibangun dan dibanggakannya. Pencetus Tribarata Polri itu, harus menjadi contoh kepada para Bhayangkara selanjutnya bagaimana teguh dalam idealis, seperti sesanti Tri Bharata yang telah diukirkannya pada pataka Polri. Bendera pataka yang didalamnya memuat untaian katalimat “1. Rastra sewakottama : Abdi Utama dari Nusa dan Bangsa, 2. Negara sanotama: warga negara teladan dari negara, 3. Yana anucasana dharma; wajib menjaga ketertiban rakyat”. Gambar perisai, serta setangkai bunga berdaun 29 lembar, berbunga sembilan buah serta setangkai padi 45 biji yang menandakan tanggal 29 bulan 9 tahun 1945. sebagai simbol tanggal, bulan dan tahun pelatikan pertamanya sebagai Kapolri. Dia memilih bertahan pada idealisme akan korps yang dibangunnya. Ketimbang kemewahan jabatan. Alhasil beliau tetap sehat hingga mangkat diusia senja dalam ketenangan di rumah asrama Polri yang bukan rumah pribadinya. Juru tulisnya yang  kemudian menjadi Kapolri Awaludin Jamin, bersaksi bahwa Soekanto tidak meninggalkan apa-apa kepada keluarganya, rumah pribadi sebagai tempat bernaung pun tak punya, (Historia, Juli 2017).

Idealisme itu juga ditunjukan oleh M. Yasin. Pejuang dan pemberani itu memilih mengemukakan kebenaran didepan panglima tertinggi, dan menunjukan sikap keberpihakan dan loyalitas kepada atasannya yang memang layak ditauladani, hingga jabatan Wakapolri pun ditampik, rela menerima penunjukan sebagai atase di KBRI yang secara karier menunjukan bahwa dia telah ditamatkan.

Lalu Hoegeng, siswa yang  sempat dididik oleh Soekanto saat pendidikan di sekolah kader tinggi di Sukabumi saat zaman Jepang itu, juga dianggap bagian dari penerus ideologis sejati, menolak suap dan pemberian apapun. Harta dan benda mentereng yang  tak mungkin bisa di belinya andaipun semua gajinya dikumpulkan, tak akan sanggup dibelinya, dihempaskan kejalanan demi menjaga idealisme Bhayangkara negara. Sampai kemudian, idealismenya kembali berbenturan dengan kepentingan kekuasaan tertinggi, yang mulai banyak dikelilingi para pemburu rente, Hoegeng tetap dengan kesahajaannya hingga permainan Golfpun tak bisa diikutinya, bukan karena tak suka tapi karena jujur gajinya tak bisa dipakai membeli stik golf yang baginya mahal itu. Akhirnya terjadila peristiwa sum kuning, yang melibatkan kepentingan orang-orang  di lingkaran kekuasaan utama, Hoegeng dipanggil agar kasus itu dihentikan. Tapi sang Bhayangkara ideal itu teguh berpegang pada Tri Bharata. Bahwa sebagai perisai negara dia juga harus adil melindungi dan menghadirkan keadilan kepada seluruh anak bangsa tak peduli ia hanya jelata di negeri ini. Bhayangkara sejati mesti tegak bahwa yang benar itu benar dan salah itu salah. Hingga jabatan sebagai Kapolri itupun tandas. Diberi pilihan untuk menjadi dubes beliau menolak dengan meminta diberi tugas lain bila masih diperlukan asal dalam negeri, tapi dijawab bahwa tak ada lagi tempat bagi Hoegeng dalam negeri. Maka dijawab dengan tegas bahwa bila demikian dia telah selesai. Beliau diberhentikan dengan alasan regenerasi.

” Teguhkan Iman dan bangunkan kembali korps kepolisian seperti sedia kala, Soekanto, 17-12-1959″. Kalimat nan indah syarat makna yang  diucapkan oleh sang peletak dasar, saat beliau dihentikan dari jabatan dimasa gonjang ganjing menjelang peristiwa 65. Patut tetap dipegang oleh para penerus Bhayangkara, saat negara penuh dengan intrik politik seperti kala itu.

Menjadi Bhayangkara sejati itu berat kawan, paling tidak, kita teramat berat menjadi Gadjah Mada, tapi paling tidak kita bisa, mengidolakan jiwa kepemimpinan Soekanto, meneladani keberanian dan keteguhan hati dalam satunya kata dan perbuatan M.Yasin serta meneladani sikap sederhana dan keteguhan sikap dalam melayani seperti Hoegeng. Mereka memang tidak meninggalkan apa-apa yang berwujud bendawi buat anak keturunan biologisnya, tapi mereka meninggalkan nama dan ketauladanan yang tak akan lekang oleh waktu.

Selamat Hari Bhayangkara 1Juli 2020, semoga seluruh Anggota Polri selaku Bhayangkara Negara, selalu diberi kekuatan dan keteguhan dalam melayani dan menjaga masyarakat dalam bingkai NKRI yang berlandaskan Pancasila

 

Penulis :  Dr. AZHARI

 

Post Views: 114
Previous Post

Soal Rekomendasi, Begini Penjelasan Ketua Bapilu PDI-P Wakatobi

Next Post

Dugaan Penyimpangan DD Desa Timu, Polres Wakatobi Lakukan Penyelidikan

Redaksi

Redaksi

Related News

Dam Haji di Tanah Air: Antara Fatwa, Pendapat Mazhab dan Rasionalitas Maqasid

Dam Haji di Tanah Air: Antara Fatwa, Pendapat Mazhab dan Rasionalitas Maqasid

by Redaksi
May 17, 2025
0

Kebijakan Kementerian Agama RI yang membuka kemungkinan penyembelihan Dam jamaah haji musim 1446 H/2025 M dilakukan di tanah air menimbulkan...

Hardiknas 2 Mei 2025, Optimalisasi Anggaran Pendidikan dan Penguatan SDM

Hardiknas 2 Mei 2025, Optimalisasi Anggaran Pendidikan dan Penguatan SDM

by Redaksi
May 2, 2025
0

Di Hari Pendidikan Nasional 2025 ini, mari kita berhenti sejenak dari euforia perayaan, dan bertanya lebih dalam. Apakah kita benar-benar...

Pendidikan Widyalaya Mulai Menggeliat di Bumi Anoa, Sulawesi Tenggara

Pendidikan Widyalaya Mulai Menggeliat di Bumi Anoa, Sulawesi Tenggara

by Redaksi
May 2, 2025
0

Keberadaan umat Hindu di Sulawesi Tenggara (Sultra) sejak pertama kali dimulai Tahun 1968 melalui program transimigrasi pertama di Desa Jati...

Bukan Sekadar Bertahan : Warga Marjinal Kota Kendari Berhak atas Layanan Publik yang Adil dan Inklusif

Bukan Sekadar Bertahan : Warga Marjinal Kota Kendari Berhak atas Layanan Publik yang Adil dan Inklusif

by Redaksi
April 25, 2025
0

Di tengah gencarnya pembangunan kota dan geliat ekonomi yang makin hidup, masih ada ribuan warga Kendari yang merasa tak terlayani....

Next Post
Diduga, Penggunaan Dana Desa Timu Wakatobi Menyimpang

Dugaan Penyimpangan DD Desa Timu, Polres Wakatobi Lakukan Penyelidikan

Walhi Temukan Aktivitas Pertambangan Ilegal di Block Matarape Konawe Utara

Walhi Temukan Aktivitas Pertambangan Ilegal di Block Matarape Konawe Utara

Trending News

Korban Meninggal Bertambah, Mahasiswa Teknik Hembuskan Nafas Terakhir Usai Operasi

Korban Meninggal Bertambah, Mahasiswa Teknik Hembuskan Nafas Terakhir Usai Operasi

September 27, 2019
Ayah Randi: Kasihan Anaku, Saya Pikir Dia yang Akan Mandikan Jenazaku

Ayah Randi: Kasihan Anaku, Saya Pikir Dia yang Akan Mandikan Jenazaku

September 27, 2019
Tiba-tiba Dicerai Istri, Suami Milyarder di Wakatobi Jadi Melarat

Tiba-tiba Dicerai Istri, Suami Milyarder di Wakatobi Jadi Melarat

September 17, 2019

About

The best Premium WordPress Themes that perfect for news, magazine, personal blog, etc.

Categories

  • ADVETORIAL
  • crime & Justice
  • Daerah
  • Education
  • Ibukota
  • Kombis
  • Komunitas
  • Kongres PAN
  • Nasional
  • News
  • Operation
  • OPINI
  • Opinion
  • Perempuan dan Anak
  • Politic
  • Politika
  • Ramadhan Story
  • TNC Edukasi
  • TNC Health
  • TNC Inspiration
  • TNC Sportainment
  • TNC TV
  • Uncategorized
  • Veteran

Tags

#Ali Mazi #Asrun #Basarnas #Bombana #Demo #DPR RI #Gerindra #Golkar #Hugua #Jakarta #Jakarta Barat #Kendari #Kolaka #Konawe #Konkep #Konsel #konut #Korupsi #KPU #Kriminal #Muna #Narkoba #Opini #Pariwisata #PDIP #Pemkot #Pilcaleg #Pilgub #Pilgub Sultra #Politik #Polres #polres muna #Rusda Mahmud #Sjafei Kahar #Sultra #Tambang #Teguh Setyabudi #tenggaranews #Tenggaranews.com #TNI #VDNI #Wakatobi Dr Bahri Pemda Mubar Virus Corona

Recent Posts

  • Mahasiswa Teknik UHO Soroti Kelembagaan Internal BEM Teknik
  • Kades Labasa Diduga Langgar Aturan Penggunaan Dana Desa
  • Purchase Now
  • Features
  • Demos
  • Support

© 2022 Tenggara News – Portal Media Online Sulawesi Tenggara

No Result
View All Result
  • Daerah
  • Politika
  • Nasional
  • Kombis
  • OPINI
  • TNC Inspiration
  • ADVETORIAL
  • Redaksi
    • Pedoman Pemberitaan Media Siber
    • Peraturan Dewan Pers
    • Redaksi
    • Tentang Kami

© 2022 Tenggara News – Portal Media Online Sulawesi Tenggara