TNC, MUNA – Masyarakat Kabupaten Muna sangat antusias meramaikan gerak jalan, dalam rangka memperingati hari kemerdekaan RI 72. Hal itu nampak dari peserta sebanyak ratusan barisan, yang turut serta mensukseskan semarak kemerdekaan tersebut.
Hanya saja, kemeriahan tersebut dimanfaatkan para panitia untuk meraup keuntungan, dengan membebankan biaya nomor dada pada setiap barisan yang mengikuti gerak jalan indah tersebut. Parahnya, biaya itu diduga digunakan untuk kepentingan pribadi.
Salah seorang peserta, Erik mengungkapkan, meskipun jumlahnya dibilang sedikit yakni Rp 20 ribu setiap peserta, namun jika dikalikan ratusan peserta yang mengambil nomor urut, jumlahnya cukup fantastis juga.
Menurut dia, estimasinya adalah jumlah peserta gerak jalan umum sekira 270 barisan, jika dikalikan Rp 20 ribu memcapai Rp 5,4 juta. Demikian pula kategori SMA yang diikuti sekira 80 peserta menjadi Rp 1,6 juta, tingkatan SMP sebanyak 80 peserta anggaran yang dikumpulkan Rp 1,6 juta.
Sedangkan untuk peserta tingkatan SD sekira 70 peserta, dan dikalikan Rp 20 ribu menjadi Rp 1,4 juta . totalnya biaya nomor dada yang berhasil dikumpulkan sebanyak Rp 10 juta.
“Bayangkan saja ini baru satu jenis kegiatan sudah menghasilkan Rp 10 juta. Belum lagi dengan kegiatan lain. Padahal dalam kegiatan memperingati HUT RI ini sudah teragenda dan masuk pagu anggarannya dalam pengelolaan Pemda Muna,” ungkap Erik, Sabtu (19/8/2017).
Hal senada juga diungkapkan Naryo, yang mengaku sangat perihatin terhadap kinerja panitia HUT RI di Muna. Dia menilai, bahwa hal itu bagian dari pungutan liar (Pungli), karena pembiayaan kemeriahan peringatan hari kemerdekaan tersebut sudah dianggarkan Pemda Muna.
“Apakah ini bukan sebuah pembodohan, ini adalah Pungli. Kami minta kepada tim Saber Pungli untuk melakukan pemeriksaan terhadap panitia, karena kalau hal ini terus dibiarkan akan menjadi duri dan kehancuran buat daerah yang kita cintai ini,” ungkapnya.
Informasi diperoleh menyebutkan, nomor urut yang sudah dibayar dengan harga Rp 20 ribu, ternyata tidak dibawa pulang, namun diambil kembalu oleh panitia dengan alasan untuk digunkan peserta gerak jalan lainnya. Ternyata, nomor urut tersebut digunakan semua peserta. Mulai dari tingkatan SD, SMP SMA dan Umum. Padahal, setiap peserta diwajibkan membayar Rp 20 ribu saat mengambil nomor urut tersebut.
Hingga berita ini dinaikan, belum ada pernyataan resmi dari pihak panitia dan Pemda Muna.
Laporan: Gibran