TenggaraNews.com, JAKARTA – Tifus merupakan penyakit yang disebabkan infeksi bakteri riketsia. Bakteri tersebut dibawa oleh kutu atau tungau, kemudian menularkannya saat menggigit tubuh seseorang.
Kutu, tungau, dan caplak merupakan jenis hewan invertebrata yang juga dikenal sebagai arthropoda. Ketika arthropoda membawa bakteri riketsia menggigit seseorang, maka mereka akan menularkan bakteri penyebab tifus.
Jika kamu menggaruk gigitan tersebut, maka kulit dapat terbuka dan memungkinkan bakteri mendapatkan akses yang lebih besar ke aliran darah.
Saat berada di aliran darah, sebagaimanan dilansir dari laman halodoc.com pada Sabtu, 14 Januari 2023, bakteri terut bereproduksi dan tumbuh.
Gejala Tifus yang Tidak Boleh Diabaikan
Penyakit tifus dibedakan dalam tiga jenis, yaitu tifus epidemik, tifus murine (endemik), dan srub tifus. Ketiga jenis tifus memiliki gejala yang berbeda. Arthropoda biasanya membawa strain tifus yang untuk untuk spesiesnya. Itulah yang menyebabkan gejala setiap jenis tifus sedikit berbeda.
Meski begitu, ketiga jenis tifus juga memiliki beberapa gejala yang sama yang berhubungan, seperti:
Sakit kepala
Demam
Panas dingin
Ruam.
Sementara itu, gejala yang membedakan setiap jenis tifus yaitu:
1. Gejala tifus epidemik
Bakteri tifus endemik dibawa oleh kutu tubuh. Kondisi ini sering terjadi di daerah dengan populasi tinggi dan sanitasi buruk, dimana kutu dapat mudah berkembang biak.
Pada tifus epidemik biasanya gejala muncul secara tiba-tiba, yaitu berupa:
Sakit kepala parah
Demam tinggi ( diatas 39 derajat celsius)
Ruam pada punggung atau dada dan menyebar.
Kebingungan.
Pingsan dan tampak berhalusinasi.
Tekanan darah rendah (hipotensi).
Nyeri otot yang parah.
2. Gejala tifus endemik (murine)
Infeksi tifus endemik disebabkan oleh bakteri riketsia yang dibawa oleh kutu tikus atau kutu kucing. Jenis tifus ini dapat ditemukan di seluruh dunia.
Gejala tifus endemik dapat berlangsung selama 10 hingga 12 hari dan sangat mirip dengan gejala tifus epidemik, tapi biasanya tidak terlalu parah. Gejalanya berupa:
Batuk kering.
Mual dan muntah.
Diare.
3. Gejala tifus scrub
Jenis tifus scrub disebabkan oleh Orientia tsutsugamushi dan di bawah oleh tungau dalam tahap larva. Kutu atau tungau dapat membawa bakteri ketika mereka memakan darah orang yang terinfeksi atau hewan pengerat yang terinfeksi.
Sementara itu, gejala yang dialami pengidap tifus grup di antaranya:
Kelelahan.
Lesi merah atau luka pada kulit di tempat gigitan.
Batuk.
Ruam.
Penanganan yang paling efektif untuk mengobati gejala ketiga jenis tifus di atas adalah antibiotik doksisiklin. Antibiotik tersebut dapat diberikan dalam dosis tunggal, dan telah terbukti efektif melawan tifus epidemik. Doksisiklin juga dapat bekerja dengan cepat pada jenis penyakit lainnya.
Untuk hasil terbaik, pengidap harus meminumnya sesegera mungkin setelah gejala muncul. Namun jika kamu memiliki alergi terhadap doksisiklin, atau obat tidak bekerja dengan baik, maka dokter dapat memberikan antibiotik lain seperti ciprofloxacin.
Apabila pengidap mengabaikan gejala dan tidak mendapatkan penanganan segera, maka beberapa komplikasi dapat terjadi, yaitu berupa:
Hepatitis, yaitu peradangan pada hati.
Perdarahan gastrointestinal, yaitu perdarahan di dalam usus.
Hipovolemia, yaitu penurunan volume cairan darah.
Perlu diketahui, tifus pernah menjadi wabah yang menakutkan dan mengancam jiwa. Saat ini kondisi lebih membaik seiring semakin membaiknya sanitasi, yang dapat mencegah penyebaran tifus. Bisa dibilang saat ini penyakit tifus cukup langka. Meski begitu, tidak ada salahnya untuk tetap waspada.
Jika kamu mengalami gejala yang mencurigakan, sebaiknya segera kunjungi dokter. Apabila mendapatkan obat resep, kamu bisa cek kebutuhan medis di toko kesehatan aplikasi Halodoc.
Laporan : Rustam