TenggaraNews.com, KENDARI – Waktu menunjukkan jam 08.12 WITA, ada pemandangan baru terlihat di lapangan fasilitas umum kompleks perumahan BTN Permata Anawai, Kelurahan Anawai, Kecamatan Wua-wua, Kota Kendari.
Warga yang telah memiliki hak suara secara tertib dan teratur, mendatangi Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang berada dalam tenda kerucut berukuran 5 x 10 meter berwarna putih.
Ini momen yang tentu tak bisa dilupakan warga, setelah tiga bulan lebih kehidupan bersosial nyaris lumpuh total karena pandemi Covid-19 yang melanda Kota Kendari, Ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). Di mana warga tidak bisa ke mana-mana, karena harus menerapkan protokol kesehatan, demi menghindari penularan virus Corona yang mematikan ini.
Karena penularan virus Corona, hidup warga dalam serba baru, dalam hal memakai masker, sering cuci tangan pakai sabun, memakai handsanitazer, menjaga jarak dalam bersosialisasi dengan kerabat, tetangga maupun saudara sendiri. Dan paling membuat orang ‘ tersiksa ” dilarang berkumpul-kumpul atau membuat keramaian di suatu tempat.
Karena wabah virus Corona sehingga pemerintah kemudian mengeluarkan kebijakan, agar pegawai maupun karyawan bekerja di rumah (Work From Home). Lalu anak-anak sekolah dan mahasiswa diliburkan dan belajar melalui online. Semuanya itu suatu cara baru yang harus dijalani.
Kini memasuki masa transisi, menuju tatanan kehidupan norma (new normal), setelah melihat grafik penularan virus Corona menurun, Pemerintah Kota Kendari kemudian melonggarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Warga dibolehkan berkumpul, asalkan tetap patuh pada protokol kesehatan.
Sebagai contoh pelonggaran PSBB, warga kompleks BTN Permata Anawai dan BTN Bukit Mentari Indah yang terletak di Kelurahan Anawai, Kecamatan Wua-wua, menyambut gembira dilaksanakannya pesta demokrasi.
Tepat hari libur, Minggu 28 Juni 2020, mulai jam 07.00 sampai 13.00 WITA, digelar pesta demokrasi pemilihan ketua Rukun Warga (RW) 07 dan Rukun Tetangga (RT) 01, 02, dan 03.
Ada 548 orang menyalurkan hak suaranya, dari sekitar 600 orang yang masuk Daftar Pemilih Tetap (DPT) versi panitia pemilih.
Calon ketua RW 07 yang bersaing, ada dua orang yakni Laode Ayub Azis R.S.Sos dan Mahrudin.
Sedangkan kandidat ketua RT 01 hanya Yohi Sam dan RT 02 Usman Afandi. Karena calon ketua RT 01 dan RT 02 masing-masing hanya satu orang, maka secara aklamasi keduanya terpilih, tanpa harus dilakukan pemilihan. Tidak ada kotak kosong seperti pada Pilkada.
Mungkin ini bisa menjadi contoh, bahwa kehidupan berdemokrasi menuju tatanan kehidupan baru, baru ada di kompleks BTN Bukit Mentari Indah dan BTN Permata Anawai.
Sementara pemilihan Ketua RT 03, ada dua calon yang maju, yakni Laode Udin dan Hasifun Bantina SE. Dari hasil perhitungan suara, Laode Udin meraih 228 suara dan Hasifun 59 suara. Dengan demikian, Yohi Sam, Usman Afandi dan Laode Udin kembali menjabat sebagai Ketua RT 01, 02 dan 03 untuk kedua kalinya. Ketiga ketua RT ini akan menjabat periode 2020-2025 mendatang.
Sementar pemilihan ketua RW 03, berlangsung alot. Diawal perhitungan suara, terjadi kejar mengejar antara Laode Ayub Azis dengan Mahrudin. Namun pada akhirnya, Mahrudin unggul dengan perolehan 315 suara, sedangkan Ayub 227 suara. Mahrudin akan menjalankan amanah ketua RW periode 2020-2025.
Jalannya proses pemilihan disaksikan Lurah Anawai, Arman Maulana. Saat berkunjung di TPS, Arman kembali mengingatkan warga agar senantiasa memperhatikan protokol kesehatan.
“Jaga ketertiban dan jaga kesehatan, ” ujar Arman yang didampingi Babinkamtibmas, Babinsa dan Ketua LPM Kelurahan Anawai.
Lalu apakah proses jalannya pemilihan terjadi desak-desakan? Berdasarkan pantauan, warga menjalankan protokol kesehatan. Warga tetap jaga jarak, satu per satu pemilih menyetor kartu panggil memilih.
Kemudian ada yang duduk di kursi yang disiapkan panitia dan ada yang berdiri di luar tenda, menunggu giliran mencoblos, dengan tetap tertib menjaga jarak. Di luar tenda pemilihan, panitia sudah menyiapkan tempat air cuci tangan beserta sabun.
Warga yang akan menggunakan hak suaranya, terpantau tidak datang sekaligus. Mereka ke bilik suara datang secara bergelombang. Misalkan dalam satu kepala keluarga, terdapat dua orang yang memiliki hak suara, maka mereka ke TPS secara bergiliran.
Sehingga di sekitar TPS, warga yang berkerumun tidak terlalu banyak. Mereka juga selalu saling mengingatkan agar menjaga jarak. Seperti ketika akan foto selfi di TPS, warga juga tetap fokus pada jaga jarak aman.
Hingga masuk sekitar pukul 12.57 WITA, sudah tak ada lagi warga datang menggunakan hak pilihnya. Panitia kemudian menutup dan melakukan perhitungan suara.
Usai perhitungan suara, para calon saling berangkulan dan saling memberikan support demi kelanjutan roda pemerintahan RW dan RT.
Laporan : Rustam