TenggaraNews.com, JAKARTA – Lomba menyanyi dangdut bagi penyandang disabilitas kembali digelar di Panti Sosial Bina Netra Rungu Wicara Cahaya Bathin milik Dinas Sosial DKI Jakarta, Selasa 28 Agustus 2018.
Sebanyak 90 disabilitas yang berasal dari Jakarta, Banten dan Jawa Barat ikut serta dalam lomba tersebut.
Kepala Panti Sosial Bina Netra Rungu Wicara Cahaya Bathin, Mukhlisin menyampaikan, lomba ini rutin dilakukan setiap dua tahun sekali, untuk menjaring bakat-bakat menyanyi yang potensial dari para disabilitas.
“Ini sudah yang keempat kalinya kami adakan. Kami mencari lima orang juara dari putra maupun putri. Juara pertama, kedua, ketiga dan harapan pertama serta kedua,” ungkap Mukhlisin.
Ia melanjutkan, mereka yang juara akan mendapatkan piala dan uang pembinaan. Juara pertama mendapat uang Rp2 juta, kedua Rp1,5 juta, ketiga Rp1 juta, harapan pertama Rp750 ribu dan harapan kedua Rp500 ribu. Serta ada hadiah bagi mereka yang menjadi juara favorit.
Lomba ini digelar selama dua hari dengan dewan juri yang kompeten di bidang tarik suara. Yang menjadi kriteria penilaian antara lain teknik vokal, interpretasi lagu hingga penampilan para peserta.
“Harapannya ini jadi batu loncatan buat para disabilitas untuk bisa berprestasi di bidang tarik suara atau menyanyi. Mereka memperkenalkan kemampuan mereka kepada masyarakat,” kata Mukhlisin.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Sosial DKI Jakarta, Mariana yang mewakili Kepala Dinas Sosial menyampaikan, pihaknya selalu mendukung upaya pengembangan potensi khususnya bagi mereka yang mengalami disabilitas netra.
“Acara ini memang bertujuan untuk mengembangkan bakat dan potensi bernyanyi disabilitas netra, dan memberikan ruang akses lapangan kerja berbasis potensi seni,” kata Mariana saat memberikan sambutan.
Ia juga menjelaskan, berdasarkan survei dan pengamatan terhadap potensi dan bakat kesenian, khususnya seni suara atau menyanyi dan memainkan alat musik, antusiasme para disabilitas netra cukup tinggi bahkan mencapai 75 persen.
“Lomba ini harus terus dilakukan. Ke depan akan kita laksanakan dengan menambah jumlah provinsi yang ikut. Harapannya, ini akan menjadi sejarah kebangkitan seni dan budaya bagi disabilitas netra,” jelas Mariana.
Laporan: Miftahul Huda