TenggaraNews.com, JAKARTA – Jakarta Islamic Centre (JIC) sebagai pusat peradaban Islam tentunya mempunyai ciri khas sebagai icon. Salah satunya adalah keberadaan bedug raksasa yang ada di ruang ibadah utama Masjid Raya JIC.
Rakhmad Zailani Kiki, Kepala Divisi Pengkajian dan Pendidikan Badan Managemen JIC mengatakan, bahwa awalnya bedug memang bukan budaya Islam asli dari Timur Tengah, tetapi diadopsi oleh para Wali Songo menjadi alat untuk memanggil orang Islam menunaikan sholat.
“Dulu alat komunikasi belum secanggih sekarang yang sudah ada seperti speaker, gadget, radio dan televisi yang memberikan imformasi tentang waktu sholat. Karena bedug dan kentongan sudah diterima sebagai sarana pemanggil sholat, maka keduanya menjadi bagian budaya Islam di Nusantara. Walaupun secara hukum syariah diperdebatkan oleh para pakar” kata pria yang intens meneliti tentang ulama Betawi dari masa ke masa ini, Rabu 20 Maret 2019.
Dia juga menambahkan, bedug yang ada di JIC didatangkan dari Jepara, Provinsi Jawa Tengah dan memiliki panjang tiga meter serta diameter 2.10 meter. Bedugnya sendiri memiliki desain yang unik dan keren diadopsi dari desain ornamen masjid JIC, dan memiliki makna yang berkaitan dengan Islam dalam setiap detail desainnya.
“Salah satu maknanya adalah paku yang berbentuk logo JIC dan jumlah ornamen sebanyak 114 buah yang menunjukkan jumlah surat dalam Al-Qur’an,” tambahnya.
Bedug ini terdiri atas tiga komponen yaitu bedug, rumah bedug dan kentongan yang kesemuanya terbuat dari kayu jati dan nangka. Selain itu, plafon rumah bedug yang ditutup dengan 40 lembar kayu jati, menunjukkan umur Rasulullah ketika pertama kali mendapatkan wahyu. Bedug ini berada di kanan mimbar Masjid JIC dan digunakan setiap pelaksanaan shalat Jumat dan perayaan hari besar Islam.
Kepala Sekretariat JIC, Ahmad Juhandi mengungkapkan, salah satu daya tarik JIC sebagai destinasi wisata religi adalah adanya bedug raksasa ini.
“Para tamu biasanya berfoto di bedug ini karena istagramable sekali,” ungkapnya.
(Mif/red)