TenggaraNews.com, CILEGON – Cilegon secara historis dijuluki sebagai kota santri, dalam beberapa pekan ini telah usai diselenggarakan kegiatan MTQ tingkat Provinsi Banten, di Kota Tanggerang pada tanggal 25-29 Maret 2019. Hasilnya, Kota Cilegon berada di peringkat ke 7 dari 8 kabupaten/kota yang ikut dalam kontestasi MTQ tingkat provinsi tersebut, dengan Nilai 9.
Secara prestasi, jauh dari peringkat juara umum dengan nilai 149 yang di raih oleh Kota Tanggerang Selatan.
Hal ini memantik keprihatinan Wahyudi Daehwa sebagai salah satu pemuda daerah tersebut, yang juga merupakan Ketua Umum DPD Jaringan Muda indonesia (JMI) Kota Cilegon, atas menurunnya prestasi kota tercintanya tersebut, dalam bidang MTQ saat ini.
Dikatakannya, Cilegon mempunyai sejarah yang sangat kuat dengan nilai-nilai leluhur keislamannya. Akan tetapi, hari ini sangatlah disayangkan dengan adanya kegiatan MTQ tingkat provinsi, Cilegon mendapatkan peringkat yang sangat kurang mengenakkan untuk menjadi kebanggaan daerah yang sering dijuluki sebagai kota santri ini.
“Dengan adanya peringkat ini, tentunya kita bisa berfikir bahwa Wali Kota Cilegon tidak memperdulikan untuk pembinaan peserta yang ikut serta dalam kegiatan MTQ tersebut,” ujar Wahyudi, Senin 8 April 2019.
Selama ini, kata dia, proses pembinaan MTQ yang dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Cilegon hanya sebatas seremonial, dan sistem kebut semalam (SKS) yang bisa dianalogikan seperti pasar kaget. Tanpa memperdulikan aspek membudayakan keilmuan yang mendarah daging untuk generasi MTQ, melalui pembinaan mendasar terhadap personal-personal calon peserta yang akan diikutsertakan.
Padahal, lanjutnya, anggaran APBD yang digelontorkan tidak sediki. Beberapa pesantren di Kota Cilegon terbengkalai tanpa suport dari pemerintah, yang mengakibatkan bibit-bibit tilawah dan Qoriah kehilangan tempat menimpa potensinya.
Alhasil, yah seperti pasar kaget, unsur pemerintah susah mencari peserta untuk meningkatkan prestasi Kota Cilegon dalam kancah provinsi melalui MTQ tersebut.
Olehnya itu, Wahyudi sangat menyangkan dengan prestasi yang didapatkan oleh Kota Cilegon, sehingga wali kota harus benar-benar serius dalam membina peserta didik MTQ, agar selanjutnya Cilegon tidak malu dengan nilai-nilai historis yang dijuluki sebagai kota santri.
“Sesungguhnya ini adalah cambukan dan tamparan keras untuk pemerintah. agar dapat mengintropeksi diri dalam menyelesaikan pembinaan peserta didik MTQ selanjutnya,” pungkasnya.
(Ram/red)