Penyebaran corona virus disease 2019 (Covid-19), penyakit yang disebabkan oleh virus SARS CoV-2, mengubah kehidupan sosial masyarakat di seluruh dunia. Masyarakat diminta untuk menjaga jarak (physical distancing), melakukan pembatasan sosial (social distancing), bekerja di rumah (work from home), hingga rumah-rumah ibadah pun harus ditutup sementara untuk memutus rantai penyebaran virus.
Di beberapa negara harus dilakukan penutupan wilayah (lockdown), untuk menghentikan virus yang menginfeksi berbagai manusia, bangsa, dan tanpa mengenal batas wilayah. Virus bergerak mengikuti perpindahan manusia, dan dengan cepat menyebar karena kerumunan atau kontak antarmanusia.
Pekerja Domestik
Karena itu, berdiam di rumah, beribadah di rumah, bekerja di rumah, belajar di rumah, menjadi orang rumahan, adalah cara efektif untuk memutus penyebaran Covid-19. Jadilah sebagian besar manusia sebagai pekerja di rumah atau pekerja domestik. Kata “domestik” berasal dari kata Latin domus yang berarti “rumah”, jadi manusia adalah makhluk yang hidup di dalam rumah atau terdomestikasi.
Anehnya, selama ini istilah domestik, ruang domestik, dan pekerja domestik ditujukan kepada perempuan. Ketika dihubungkan dengan pekerjaan, maka pekerja domestik dianggap sebagai kerja rendahan atau bukan pekerjaan, sehingga dibayar murah. Karenanya istilah pembantu rumah tangga masih selalu digunakan dibandingkan istilah pekerja rumah tangga (PRT).
Kegiatan-kegiatan non biologis, seperti memasak, mencuci piring, mencuci pakaian, merawat rumah, menjaga anak, dan sebagainya dianggap sebagai pekerjaan domestik, dan merupakan pekerjaan perempuan di dalam rumah.
Ketika seorang perempuan melakukan pekerjaan yang sama di luar rumah (di rumah orang lain), bahkan melintasi negara, seperti yang dilakukan oleh tenaga kerja Indonesia (TKI) di berbagai negara, tetap dianggap sebagai pekerja domestik. Sementara pekerjaan yang sama, ketika dilakukan oleh seseorang di ruang publik, misalnya di hotel, maka pekerja tersebut dikategorikan sebagai karyawan atau pegawai hotel.
Beban Perempuan
Apa konsekuensinya ketika pekerjaan-pekerjaan tersebut di anggap sebagai pekerjaan perempuan dan domestik. Pertama, beban perempuan dan anak perempuan. Pekerjaan di dalam rumah dianggap dan dibebankan kepada perempuan dan anak perempuan. Karena itu, pada situasi seperti sekarang, ketika seorang suami kehilangan pekerjaan dan hanya berdiam di rumah pun, dia hanya menunggu makan.
Kedua, nilai ekonominya sangat rendah. Selama ini pekerja di ranah domestik bahkan dianggap sebagai bukan pekerja, melainkan pembantu, sehingga dibayar sesuka pengguna. Tidak ada standarisasi jam kerja, gaji, dan perlindungan terhadap pekerja. Upaya-upaya para pihak untuk mendorong pengakuan dan perlindungan PRT sebagai pekerja secara hukum dan ekonomi belum menunjukkan kemajuan yang berarti.
Ketiga, tidak ada perlindungan hukum untuk PRT sebagai pekerja. Karena dianggap sebagai pembantu, sampai saat ini tidak ada instrumen hukum khusus untuk pengakuan, pengaturan, dan perlindungan PRT. Konvensi ILO (International Labour Organization) 189 tentang Pekerja Rumah Tangga juga belum diratifikasi.
Ruang Domestik yang Baru
Manusia adalah makhluk domestik atau makhluk rumahan, yang sebelumnya hidup sebagai pemburu-pengumpul, hidup di gua-gua, dan di atas pohon. Sejak peradaban pertanian, manusia terdomestikasi, yang kemudian era internet semakin mengukuhkan manusia sebagai makhluk domestik. Wabah Covid-19 semakin mendomestikasi manusia menjadi benar-benar makhluk rumahan.
Tetapi Covid-19 dan teknologi internet, mengubah rumah yang selama disebut sebagai ruang domestik menjadi ruang publik. Rumah tidak lagi menjadi tempat tertutup dan hanya merupakan ruang privasi keluarga, tetapi berubah menjadi tempat kerja yang menghubungkan pekerja-pekerja lain di tempat berbeda secara virtual.
Orang-orang bekerja dan menghasilkan produk di dalam rumah, kemudian melalui teknologi internet dan transportasi dalam jaringan (daring) atau online, produk tersebut menjangkau konsumen tanpa mengenal batas wilayah dan batas negara.
Manusia menjadi domestik yang sebenarnya, yakni beraktivitas di dalam rumah, tetapi ruang di dalam rumah berubah menjadi ruang publik, karena terbuka dan diakses oleh publik. Perubahan ini akan mengubah pekerjaan di rumah yang selama ini dikerjakan oleh perempuan menjadi pekerjaan publik.
Orang-orang di dalam rumah dapat memasak sendiri atau memesan makanan yang dijual oleh tetangga secara daring. Semua pekerjaan di dalam rumah yang selama ini dianggap sebagai pekerjaan perempuan sudah dikerjakan oleh orang lain dan menjadi pekerjaan publik dan bernilai ekonomi. Dengan demikian pekerjaan domestik dan ruang domestik berubah menjadi ruang publik dan pekerjaan publik, walaupun manusianya semakin menjadi manusia domestik atau makhluk rumahan.
Penulis merupakan pengamat sosial