TenggaraNews.com, KENDARI – Dalam menghadapi agenda politik di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) tahun ini, media diharapkan bisa memberikan peran maksimal dalam menciptakan kampanye damai di pemilihan kepala daerah (Pilkada), melalui karya tulis yang disuguhkan ke khalayak.
Jika melihat kondisi saat ini, masih ada problem yang terjadi di kalangan pers itu sendiri, yakni bagaimana media massa memberikan peran yang maksimal menciptakan kampanye damai. Faktanya, masih ada pewarta maupun perusahaan media yang justru belum memberikan peran terbaiknya di tahun politik ini.
Salah satu praktisi media Sultra, M. Nasir Idris mengungkapkan, berdasarkan pandangan pribadinya, saat ini kebanyakan media hanya berfungsi pada dua aspek saja, yakni pemberitaan dan periklanan.
Secara konfesnional, kata dia, banyak wartawan maupun perusahaan media yang mengejar pihak penyelenggara Pemilu hanya sebagai objek semata. Interaksi ini membuat belum maksimalnya media berperan sebagai penyampai informasi, untuk menciptakan kampanye damai.
“Ironisnya, kita mengahadapi Pilkada hampir disetiap tahun, tapi tidak dilihat sebagai sesuatu hal yang penting. Padahal di dalamnya ada proses dan gesekan, sehingga berpotensi menimbulkan konflik sosial,” ujar Direktur Portal Detiksultra.com itu, saat menyampaikan pandangannya pada kegiatan Focused Group Discussion (FGD) yang diinisiasi IAIN Kendari, Selasa 27 Maret 2018.
Menurut dia, media harus digunakan sebagai stabilisator untuk menciptakan Pilkada damai. Semestinya para pewarta dimasing-masing perusahaan pers harus dilatih secara khusus, sehingga bisa menjadi ujung tombak dalam menyampaikan informasi yang meneduhkan dan bisa menciptakan kedamaian.
“Bicara etika itu mencakup dua hal yakni internal media dan organisasi wartawan. Fungsi ekonomi juga menjadi faktor utama bagi pers untuk sulit menerapkan kede etik,” tambahnya.
Laporan: Ikas Cunge