TenggaraNews.com, KONKEP – Desa Tepolawa yang berada dalam wilayah Kecamatan Wawonii Utara, Kabupaten Konawe Kepulauan (Konkep), ternyata memiliki kekayaan sumberdaya alam (SDA) yang sangat potensial untuk terus dikembangkan.
Bila dimaksimalkan pemanfaatan SDA tersebut, bukan tidak mungkin Kabupaten Konkep yang mekar dari Kabupaten Konawe pada tanggal 12 April 2013, mampu mengejar ketertinggalan bila dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia.
Mari kita melihat potensi SDA yang ada di Desa Tepolawa yang dapat dikembangkan di masa akan datang. Potensi tersebut meliputi :
Potensi SDM
Desa Tepolawa memiliki potensi sumberdaya manusia (SDM) sebanyak 109 Kepala Keluarga (KK) atau 352 jiwa yang tersebar di tiga dusun.
Dari jumlah tersebut, rinciannya jenis kelamin laki-laki berjumlah 181 jiwa. Sedangkan jenis kelamin perempuan sebanyak 171 jiwa.
Dari 352 jiwa penduduk Desa Tepolawa, sekitar 90 persen dari mereka bermata pencaharian sebagai petani, nelayan dan berdagang.
Potensi Persawahan
Luas persawahan masyarakat yang terdapat di Desa Tepolawa diperkirakan seluas 50 Hektar Are (Ha). Dengan didukung irigasi yang dibangun Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Konkep, dalam setahun petani bisa panen sebanyak 2 kali.
Kapasitas produksinya baru berkisar 2 sampai 3 ton lebih setiap hektar. Meski belum optimal kapasitas produksinya, tapi ini sudah sangat membantu hidup masyarakat Desa Tepolawa.
” Dengan luas lahan persawahan mencapai 50 Hektar are, sudah bisa membantu memenuhi kebutuhan pangan Pulau Wawonii.
Minimal masyarakat saya sudah tidak membeli beras lagi,” kata Widasman, Kepala Desa (Kades) Tepolawa.
Potensi Wisata
Salah satu pintu masuk ke obyek wisata air terjun Tumburano, adalah Desa Tepolawa yang berada di wilayah yang dikenal dengan sebutan Lansilowo Raya.
“Memang lokasi air terjun berada di Desa Tumburano, tapi untuk menuju ke obyek wisata tersebut, salah satunya melalui Desa Tepolawa. Nah ini menjadi keuntungan tersendiri bagi kami,” ujar Widasman.
Menurut kisah legenda, air terjun Tumburano memiliki cerita cinta sejati, karena dipuncak objek wisata dengan ketinggian 80 meter lebih, dijadikan sebagai tempat mengakhiri hidup oleh Duru Balewula dan Wulakinokooti.
Akibat jalinan cinta kedua insan manusia di masa itu tak direstui orang tua Wulakinokooti.
keabadian cinta yang kini terus menjadi cerita turun temurun. Kisah cinta sejati itu bermula ketika seorang pria dari masyarakat biasa bernama Duru Balewula, bertemu dengan seorang wanita cantik keturunan bangsawan yakni Wulangkinokooti.
Potensi Kelautan dan Perikanan
Salah satu sumber mata pencaharian masyarakat Desa Tepolawa adalah bekerja sebagai nelayan.
“Masyarakat di sini banyak bekerja sebagai nelayan. Mereka menangkap ikan dengan cara memancing atau memasang pukat,” terangnya.
Dari hasil tangkapan ikan tersebut kemudian dijual di sekitar Lansilowo Raya.
Potensi Perkebunan
Masyarakat Desa Tepolawa juga bercocok tanam tanaman jangka panjang, seperti kelapa dan pala. Meski luas tanaman petani tidak terlalu luas, tapi hasil produksi mereka sudah mampu memenuhi kebutuhan hidupnya.
Misalnya produksi tanaman biji pala kering dijual dengan harga kisaran Rp 50 ribu per kilogram. Sedangkan kopra dikisaran harga Rp 5 ribu per kilogram.
“Penjualan buah pala dan kopra, kadang dijual sama pedagang pengumpul yang ada di Konkep. Tapi terkadang petani jual langsung ke Kota Kendari,” ungkap Widasman.
Petani juga menanam tanaman jambu mete dan cengkeh. Hanya kendala yang sering dihadapi, yakni cuaca ekstrim. Inilah yang menyebabkan petani kadang mengalami gagal panen.
Cuaca ekstrim yang dimaksud adalah musim kemarau, kemudian muncul hujan secara tiba-tiba. “Inilah bunga tanaman jambu mente dan cengkeh berguguran. Kalau sudah begini cuacanya, sudah hampir dipastikan petani gagal panen,” jelasnya. (Pariwara/Advetorial)
Laporan : Ivhan