TenggaraNews.com, KENDARI – Sineas muda Sultra yang tergabung dalam Wonuando Films patut diapresiasi. Sebab, para kaum milenial ini telah menunjukan perhatian dan kepedulian mereka terhadap dunia pendidikan. Hal itu ditunjukan melalui film Sepenggal Pesan yang akan segera tayang di bioskop pada 4 Agustus 2018 mendatang.
Melalui Film berdurasi 30 menit 30 detik, para sineas muda asal Konawe Selatan (Konsel) ini menyelipkan sebuah pesan, bahwa semua generasi bangsa memiliki kesempatan yang sama untuk mengenyam pendidikan.
Selain itu, film ini juga memberikan motivasi kepada anak bangsa, agar terus mengobarkan semangat untuk menggapai cita-cita, meski dalam kondisi tersulit.
Alur cerita yang dikemas dengan baik dan pesan moral yang mengedukasi, menjadi alasan bagi khalayak harus menonton film pendek ini.
Karya para sineas muda ini turut disupport Pemda Konsel, Dinas Pariwisata Sultra, JOIN Kendari, Komunitas Jurnalis Jalan-Jalan (KJ3), Hotel Plaza Inn, komunitas Ruruhi, Imperial Hotel Kendari, Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) Sultra, beberapa media online dan cetak di Sultra, Sultraveller, komunitas media sosial instagram dan Facebook, serta pihak-pihak lainnya.
Berikut sinopsis Film Sepenggal Pesan
Sutar, adalah seorang petani yang hidup untuk mengabdikan dirinya kepada keluarga tercinta, kedua buah hatinya. Tempaan hidup, tidak menyulutkan semangatnya untuk terus berjuang. Meski segala keterbatasan dan cobaan terus mendera, Sutar tetap memegang teguh keyakinannya akan kehidupan yang lebih layak untuk keluarga kecilnya. Kini, sepeninggal sang istri, Sutar kembali harus merajut semangat menyokong cita-cita kedua anaknya, seorang diri.
Fahri, digambarkan sebagai anak muda dengan karakter emosional. Meski begitu, dia termasuk pelajar yang cerdas dan disiplin. Cita-citanya saat ini adalah lulus ujian sekolah. Namun tuntutan biaya administrasi ujian sekolah ditengah-tengah kesulitan hidup menyulut gejolak di hati anak muda ini. Karena keadaan yang belum juga membaik, Fahri mulai protes kepada Ayahnya, orang yang paling perduli akan cita-citanya itu.
IKA, si bungsu yang tangguh, juga mewarisi kelembutan hati almarhumah sang ibu. Bersama kakak dan sang Ayah yang menggantungkan hidup dengan bersawah, Ika tidak lantas malu dan gengsi. Ika kerap membawakan makanan atau merelakan waktu bermainnya untuk membantu sekaligus menemani sang ayah bersawah. Tempaan hidup membuatnya kuat. Semangatnya untuk terus bersekolah tidak kalah besar dari sang kakak.
Bagaimana Ika menjalani hari-hari dengan segala keterbatasan dan kekurangan?sampai kapan Ika mampu menjadi anak yang tegar dan penyabar?lalu bagaimana pula Fahri , sang kakak, sanggup melanjutkan mimpinya, jika untuk menempuh kelulusan sekolah saja, ada banyak kesulitan yang harus ditempuh. Dan bagaimana sang Ayah harus berjuang bersama kedua anaknya, hingga menghadapi dilema antara mewujudkan mimpi sang anak, atau menjual satu-satunya sawah yang menjadi penyambung hidupnya?
Laporan: Ikas Cunge