TNC, KENDARI – Pada bulan Juni 2017 Sulawesi Tenggara (Sultra) mengalami inflasi sebesar 3,24% (mtm), melonjak tinggi jika dibandingkan inflasi pada bulan sebelumnya yang tercatat 0,54% (mtm).
Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi Sultra, Minot Purwahono menungkapkan, secara spasial peningkatan inflasi tersebut disebabkan oleh inflasi di Kota Kendari dan Kota Baubau. Inflasi pada periode laporan terutama didorong oleh peningkatan harga komoditas bahan makanan, terutama komoditas sayur-sayuran dan ikan segar, seiring dengan tingginya curah hujan pada bulan Mei dan Juni, sehingga mengganggu produksi dan distribusi komoditas dimaksud.
Selain itu, kata dia, pencabutan subsidi listrik untuk kelompok pelanggan 900 VA golongan pasca bayar, juga turut mendorong inflasi pada bulan Juni. Inflasi tersebut jauh lebih tinggi, dibandingkan rata-rata inflasi bulan Juni dalam tiga tahun terakhir, yang tercatat sebesar 0,69%.
Hal ini juga merupakan inflasi bulanan tertinggi, yang terjadi di Sultra sejak terakhir kali terjadi pada bulan Juli 2013 lalu, yang waktu itu tercatat sebesar 5,10%.
“Dengan perkembangan tersebut, inflasi tahun kalender di Sultra sampai dengan bulan Juni tercatat 4,45% (ytd), atau secara tahunan sebesar 5,21% (yoy) jauh meningkat jika dibandingkan bulan sebelumnya,” ungkapnya melalui press releasenya, Kamis (6/7/2017).
Peningkatan tekanan inflasi volatile food, terutama disebabkan oleh peningkatan tekanan komoditas sayur-sayuran, yang memberikan dengan andil sebesar 1,85% dan komoditas ikan segar dengan andil 0,70%.
Beberapa komoditas sayur-sayuran yang mengalami peningkatan signifikan antara lain adalah bayam, kangkung, kacang panjang dan sawi hijau. Sementara komoditas ikan segar yang mengalami inflasi utamanya adalah ikan kembung dan ikan cakalang.
“Peningkatan inflasi komoditas sayur-sayuran dan ikan segar tersebut dipengaruhi antara lain oleh tingginya curah hujan, yang berdampak pada proses produksi dan distribusi komoditas tersebut,” jelas Minot Purwahono.
Ditambahkan, Data BMKG Stasiun Meteorologi Maritim Kendari menunjukan, bahwa curah hujan pada bulan Mei hingga Juni di wilayah Kendari dan sekitarnya, tercatat sebesar 840 mm/bulan dan 446,6 mm/bulan (masuk kategori sangat tinggi), jauh lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat dalam kategori menengah (101 – 300 mm/bulan).
Perayaan Idul Fitri yang jatuh pada akhir periode laporan juga turut mendorong peningkatan permintaan masyarakat pada bahan makanan lainnya.
Menurut Minot, Inflasi kelompok inti pada bulan Juni juga tercatat mengalami peningkatan, dibandingkan periode sebelumnya yang disebabkan oleh peningkatan harga pada kelompok makanan jadi dan sandang, seiring meningkatnya permintaan masyarakat selama bulan Ramadhan.
“Demikian halnya dengan kelompok administered prices juga mengalami peningkatan, yang didorong oleh peningkatan tarif listrik, sebagai dampak pencabutan subsidi listrik untuk kelompok pelanggan pasca bayar dengan daya 900 VA. Namun demikian, tarif angkutan udara justru tercatat mengalami penurunan tekanan utamanya di Kota Baubau,” tambahnya.
Lebih lanjut, dia menjelaskan, selama bulan Ramadhan hingga Idul Fitri, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sultra meningkatkan intensitas kegiatan pengendalian harga, yang diwujudkan dengan melakukan pemantauan harga, melalui kegiatan pemantauan/sidak ke pasar, distributor, gudang BULOG dan pelabuhan.
Upaya lain yang dilaksanakan, iata dia, yakni menyelenggarakan pasar murah tahap II, pada periode H-6 sampai dengan H-3 Idul Fitri, untuk menekan spekulasi harga dan menjaga daya beli masyarakat. Di sisi komunikasi, TPID juga secara intens menyampaikan himbauan kepada masyarakat, untuk melakukan konsumsi secara wajar melalui media cetak dan elektronik (RRI).
“Menyikapi tingginya inflasi pada bulan Juni 2017, TPID akan segera berkoordinasi untuk merumuskan langkah strategis yang akan diambil, untuk mengantisipasi trend peningkatan inflasi, utamanya pada kelompok bahan makanan,” tutupnya.
Laporan: Ichas Cunge