Vaksin adalah senjata ilmiah terkuat untuk mengakhiri virus corona. Dunia saat ini sedang disibukan oleh SARS-CoV-2, virus corona baru yang menyebabkan penyakit pernapasan atau disebut Covid-19.
Penyebaran Covid-19 yang cepat membuat berbagai negara di dunia berlomba untuk membuat vaksin penangkal virus yang mematikan ini.
Sudah 9.278 nyawa melayang, 130.538 pasien masih berjuang. Namun, 85.831 orang telah membuktikan, sakit karena virus corona jenis baru atau Covid-19. Pada Kamis (19/3/2020/), hingga pukul 19.33 WIB, tercatat ada 225.647 kasus positif virus Corona di seluruh dunia. Secara total virus corona saat ini telah menyebar ke 176 negara dan wilayah di seluruh dunia.
Ratusan pakar kesehatan dari seluruh penjuru dunia berkumpul di markas besar Badan Kesehatan Dunia (WHO) di Jenewa, Swiss, pada pertengahan Februari lalu. Mereka berembuk untuk mengatasi Covid-19, nama resmi buat virus corona baru yang sedang mewabah di Cina.
“Kita perlu bersatu untuk melawan musuh Ini,” kata DirekturJendral WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus seperti dikutip dari situs WHO, Rabu 12 Februari lalu.
Sejumlah peneliti di Amerika Serikat (AS) dan China mengklaim telah menemukan vaksin virus corona Covid-19. AS bahkan telah menguji coba kandidat vaksin tersebut pada manusia. Uji coba vaksin corona virus pada manusia telah dimulai.
Di sebuah pusat penelitian di Kota Seattle AS minggu ini, Jennifer Haller yang tidak memiliki virus, menjadi manusia pertama yang diberi vaksin potensial. Haller adalah satu dari 45 sukarelawan yang diberikan dua suntikan 28 hari terpisah untuk menguji keamanan vaksin. Ini adalah salah satu dari sejumlah besar proses yang diperlukan sebelum vaksin dapat diberikan lampu hijau untuk produksi dan distribusi massal.
Institut Kesehatan Nasional Amerika Serikat bekerja sama dengan perusahaan bioteknologi telah mengembangkan vaksin dengan kode MNRA-1273. Vaksin tersebut ternyata tak mengandung virus corona. Vaksin itu dibuat untuk melihat efek sampingnya dan melihat apakah dapat meningkatkan sistem imun pada tubuh manusia. Kandidat vaksin ini pernah diuji coba juga pada tikus.
Direktur Kesehatan Nasional Amerika Serikat, Dr Anthony Fauci, mengatakan tes vaksin ini akan dilakukan selama 12-18 bulan. Lalu, baru dapat digunakan secara umum jika tes awal berjalan baik.
Bukan hanya AS, pemerintah China telah melakukan percobaan vaksin. Seperti dilansir Reuters, Rabu18 Maret 2020, para peneliti di Akademi Sains Medis Militer China dan perusahaan bioteknologi asal Hong Kong, Cansino Biologics melakukan uji coba vaksin yang dimulai pada 16 Maret hingga 31 Desember 2020 dengan melibatkan 108 orang relawan. Para ilmuwan Israel dari Galilee Research Institute (MIGAL) tengah menguji vaksin virus bronchitis avian coronavirus atau infectious bronchitis virus (IBV).
Sementara itu, Inggris melalui perusahaan layanan pengembangan klinis, Hvivo, berupaya melakukan hal yang sama. Malah perusahaan ini rela membayar Rp 67 juta kepada relawan yang siap menjadi ‘kelinci percobaan’. Mereka akan disuntik virus dan dikarantina selama dua pekan di Queen Mary BioEnterprises Innovation Centre, Whitechapel, London. Rencananya, Hvivo akan melakukan uji coba vaksin kepada 24 oran relawan yang akan disuntik strain virus 0C43 dan 229E.
Berbagai studi lain pun sedang dilakukan untuk mengetahui cara tepat mengatasinya. Namun, dikatakan jika vaksin tidak bisa ditemukan dalam waktu dekat. Menurut studi, paling tidak butuh waktu setahun untuk dapat membuat vaksin virus Corona. Pasalnya, semua vaksin potensial harus melalui beberapa tahap pengujian untuk bisa membuktikan vaksin-vaksin tersebut berhasil dan aman.
Masyarakat berharap para ahli, pakar dan ilmuwan segera menemukan oba penawar atau vaksin antivirus COVID-19 ini. Pasalnya jumlah orang yang terjangkit virus itu semakin banyak. (**)
Penulis adalah mahasiswi Program Pasca Sarjana Prodi Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari.