TenggaraNews.com, KENDARI – Sumber Daya Alam (SDA) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) sangat berlimpah. Kendati demikian, masih ada masyarakat yang kurang beruntung di tengah kelimpahan tersebut. Olehnya itu, dibutuhkan cara pandang seorang pemimpin bagaimana memanfaatkan kelimpahan tersebut bisa berkelimpahan buat rakyatnyanya yang berkelanjutan.
Calon Wakil Gubernur Sultra nomor urut 2, Hugua menilai, pemanfaatkan kelimpahan tersebut secara berkelanjutan untuk rakyat dapat dilaksanakan melalui tiga aspek penting yakni sektor pertanian, perikanan dan tourisem atau pariwisata.
Menurut dia, khusus untuk sektor pertanian dan perikanan tidak bisa diolah dengan cara yang tradisional, jasa dan industrinya harus berbasis teknologi. Jika hal tersebut bisa dilaksanakan, maka satu basis industri saja sudah bisa menekan angka kemiskinan di desa.
“Industri di dua sektor ini harus ada di desa, hal itu dilakukan untuk memberikan lapangan kerja di desa, sehingga tidak ada lagi pemuda yang Keluar daerah mencari pekerjaan,” ujar mantan Bupati Wakatobi dua periode ini.
Secara umum, kata dia, 60 persen nilai tambah sebuah produk ada pada pedagang perantara, berarti hanya 20 sampai 30 persen hasil produksi total itu dinikmati para petani. Makanya, jika tak ada kebijakan pemerintah, petani selamanya petani breada pada kemiskinan.
Lebih lanjut, Ketua DPD PDIP Sultra ini menjelaskan, jika basis industri sudah berada di desa, maka seluruh lulusan perguruan tinggi akan kembali ke desa dan memimpin perusahaan yang melahirkan produk-produk keren.
“Kendala selanjutnya adalah bagaimana memasarkan produk. Hal itu disebabkan karena infrastruktur yang dibangun oleh gubernur tidak terintegrasi dengan yang dibangun oleh Walikota dan bupati,” jelasnya
Di sektor lain, lanjut maestro pariwisata Sultra ini, potensi pariwisata Sultra sungguh menakjubkan, hanya saja belum bisa menjual hingga ke pasar international. Makanya dibutuhkan sebuah konsep pembangunan daerah berbasis jaringan yang mendunia.
“Kalau objek pariwisata Sultra saya selalu bilang Amazing. Hanya saja belum bisa menjadi dollar, karena kemasan dan pemasarannya belum mendunia,” pungkas Hugua.
Laporan: Ikas Cunge