TenggaraNews.com, BOMBANA – Dampak beroperasinya Jetty 2 PT Tonia Mitra Sejahteras (TMS), sekitar 4 bulan lalu di Kecamatan Kabaena Timur, Kabupaten Bombana, Provinsi Sultra, hasil tangkapan nelayan mengalami penurunan.
Penyebabnya, air laut mengalami keruh pada saat musim hujan. Kemudian nelayan tidak leluasa menangkap ikan di sekitar Teluk Talabasi, karena pengaruh aktivitas kapal tongkang memuat ore nikel milik PT TMS.

“Dengan hadirnya PT TMS di Jetty dua, banyak meresahkan masyarakat nelayan saya yang menggantungkan hidupnya dengan tangkapan ikan (memancing),” kata Hasrianto Kepala Desa (Kades) Tapuhaka pada Selasa, 11 Oktober 2022.
Informasi yang diperoleh, tidak hanya nelayan asal Desa Tapuhaka yang mengalami penurunan hasil tangkapan. Tapi juga nelayan dari Desa Toli-toli, Desa Bungi-bungi dan Kelurahan Dongkala yang berada di wilayah Kecamatan Kabaena Timur.
Sebelum Jetty 2 PT TMS beroperasi, menurut Hasrianto, kondisi perairan laut di sekitar perairan Talabasi yang banyak ikannya, sangat steril.
Tetapi setelah beroperasinya Jetty 2 PT TMS, air laut sudah terkontaminasi dengan tanah yang mengandung nikel. Dampaknya air laut menjadi keruh d isekitar wilayah tersebut, apalagi bila musim hujan tiba.
“Sehingga keluhan masyarakat saya, banyak tertuju kepada saya selaku pemerintah desa,” terang Hasrianto.
Kades Tapuhaka juga menyoroti sikap manajemen PT TMS yang belum pernah melakukan sosialiasi terhadap masyarakat Kecamatan Kabaena Timur.
Padahal perusahaan ini pernah diundang, namun manajemen PT TMS tidak merespon baik atas undangan pemerintah kecamatan.
Hal senada yang diungkapkan Sarifuddin, nelayan asal Desa Toli-toli, Kecamatan Kabaena Timur.
“Hasil tangkapan nelayan mengalami penurunan pak, karena kami menghindar dari Tanjung Talabasi, padahal disitulah selalu ikan naik,” jelasnya pada Selasa, 11 Oktober 2022.

Nelayan Kecamatan Kabaena Timur tidak bisa melaut di Teluk Talabasi, karena teluk tersebut banyak dilewati kapal-kapal besar yang memuat ore nikel.
Kini nelayan menangkap ikan di sekitar Pulau Butung dan Pulau Damalawa. Mereka terpaksa menghindari Teluk Talabasi karena adanya kapal lalu lalang.
Selain kapal besar lalu lalang di Teluk Talabasi, kondisi laut juga tercemar saat air hujan turun deras. Air laut keruh sebagai dampak aktivitas tambang.
Meski demikian, Sarifuddin juga tidak menampik adanya perusahaan lain yang melakukan aktivitas penambangan nikel, di luar PT TMS. Perusahaan yang dimaksud adalah PT Narayana Lambale Selaras (NLS).
“Hanya perusahaan PT NLS tidak selalu melakukan aktivitas pemuatan ore nikel. Hanya sekali-kali pak,” terang.
“ Kalau PT NLS tidak melakukan aktivitas pemuatan ore nikel, kita pasang jaring lagi pak di situ. Kalau muat,kita menghindar lagi pak. Jadi begini saja pak, tidak usah ada perusahaan tambang di Kabaena supaya kami nelayan tidak merasa terganggu,” tegasnya.
Manajemen PT TMS yang dihubungi sejak pukul 20.09 Wita pada Selasa, 11 Oktober 2022 sampai berita ini ditayangkan, tidak memberikan jawaban.
Berkali-kali dihubungi pada Rabu, 12 Oktober 2022, tak satupun pihak PT TMS yang memberikan keterangan.
Kepala Teknik Tambang (KTT) PT TMS, Maulana Budi yang dihubungi melalui pesan whatsapp tidak bisa terhubung. Diduga nomor kontak awak media TenggaraNews.com diblokir oleh Maulana.
Pesan whatsapp yang dikirim ke nomor kontak Maulana hanya tercentang satu.
Hal yang sama saat dihubungi Direktur Utama PT TMS Andi Samsul Rizal. Tidak ada respon atas pesan whatsapp yang dikirim. Demikian pula saat dihubungi melalui telepon.
Laporan : Rustam