TenggaraNews.com, KENDARI – Meski pihak penyelenggara khususnya Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) kian intens melakukan pengawasan, terhadap praktek money politik atau politik uang, namun hal tersebut masih saja mewarnai penyelenggaran Pemilu serentak 2019.
Hal itu dibuktikan dengan adanya beberapa operasi tangkap tangan (OTT) terhadap tim pemenangan peserta Pemilu, saat melakukan aksi politik uang disejumlah daerah di Sultra.
Pengamat politik, Eka Suaib mengungkapkan, jika melihat maraknya OTT yang dilakukan pihak aparat, maka bisa dipastikan nilai rupiah dalam hal ini politik uang masih menjadi point utama dari kemenangan para peserta Pemilu saat ini.
“Setelah kita perhatikan, maraknya OTT ini, jangan-jangan Caleg yang maju sangat meyakini bahwa politik uang yang sangat penting dalam hal pemenangan di Pemilu,” ujar Eka Suaib.
Akan tetapi, dari beberapa informasi yang diterimanya, masih ada juga beberapa Caleg yang terpilih bukan karena praktek money politik, tetapi dilihat dari kefiguran dan program kerjanya.
Menurut dia, maraknya politik uang dikarenakan para peserta Pemilu ini menilai uang adalah strategi ampuh, untuk memenangkan pertarungan politiknya.
Sedangkan pemilih yang menerima uang dari peserta Pemilu, kata Eka Suaib, merupakan praktek berulang-ulang yang dilakukan setiap penyelenggaraan Pemilu.
“Tapi efektifitasnya juga jadi problem. Artinya, jangan-jangan yang terima uang itu bukan alasan untuk menjatuhkan pilihannya. Mungkin saja melihat ada track record atas kerja-kerja Calegnya, ataupun dia cukup masif melakukan kerja-kerja politiknya,” kata Eka Suaib.
Dia juga menambahkan, mengandalkan faktor uang untuk memenangkan pertarungan bukanlah strategi cerdas. Diakuinya juga, bahwa money politik merupakan salah satu penyakit kronis yang masih menghantui perjalanan Pemilu kali ini.
Olehnya itu, harus ada upaya untuk meminimalisir terjadinya praktek politik uang. Baik itu pemembenahan di internal Parpol, penegakan hukum ataupun budaya politik yang harus dirubah.
Laporan: Ikas
Editor: Rustam Djamaluddin