TenggaraNews.com, KENDARI – Sedikitnya 1.200 jiwa warga yang tinggal di Desa Balo dan Desa Bungi-bungi, Kecamatan Kabaena Timur, Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) mengeluh, karena air bersih yang mereka pakai tiba-tiba keruh tidak seperti biasanya.
Diduga penyebabnya dampak dari aktivitas pertambangan nikel yang dilakukan perusahaan tambang PT Tonia Mitra Sejahtera (TMS) di lahan konsesi sekitar Gunung Sabanano, Pulau Kabaena.
” Terjadinya kekeruhan air diduga disebabkan sumber mata air di Gunung Sabanano tergerus, sebagai dampak aktivitas pertambangan. Nah lahan konsesi tambang yang dekat sumber mata air di Gunung Sabanano, adalah milik perusahaan PT Tonia Mitra Sejahtera,” kata Eldiyatri Sultansyah, warga Desa Balo pada Senin, 5 September 2022.
Menurut Eldiyatri, keruhnya air bersih yang tiba di rumah warga terpantau jelas pada hari Sabtu, 3 September 2022. “Airnya keruh sekali, berbeda sekali dengan sebelum-sebelumnya. Kalau dulu keruh tapi tidak seperti hari Sabtu lalu. Warnanya kuning bercampur tanah,” jelas Eldiyatri salah seorang tokoh muda di Desa Balo.
Akibat terjadinya kekeruhan air bersih yang tidak lazim ini, Eldiyatri mengaku, ada beberapa warga Desa Balo menemuinya untuk menanyakan masalah tersebut.
“Jalur perpipaan dari sumber mata air di Gunung Sabanano yang turun ke desa hanya satu. Makanya dampak terjadinya air keruh dirasakan betul warga,” beber pria kelahiran Desa Balo ini.
Eldiyatri mengungkapkan juga, diusianya 24 tahun, baru pekan lalu melihat air bersih yang biasa mengalir ke rumah warga terlihat keruh.
Atas kejadian tersebut, Eldiyatri berharap agar manajemen PT TMS memberikan solusi sehingga air bersih yang mengalir ke rumah-rumah warga tidak lagi keruh.
Tokoh muda Desa Balo ini juga menjelaskan, sebelum terjadinya permasalahan terjadinya air keru, sudah pernah diperbincangkan dengan Camat Kabaena Timur secara non formal.
Permasalahan yang dibahas ketika itu, kata Eldiyatri, mengenai kekuatiran sumber mata air dari Gunung Sabanano tercemar akibat adanya aktivitas pertambangan.
“Saya dapat info bahwa pihak pemerintah kecamatan sudah bersurat ke PT TMS untuk menjelaskan terkait Amdal. Namun infonya sampai sekarang belum ada penjelasan dari PT TMS. Saya dengar info ada polemik wilayah administrasi,” katanya.
Sementara itu, Sahlan Camat Kabaena Timur saat dihubungi melalui ponselnya, tidak diperoleh keterangan. Ponsel camat diangkat oleh istrinya. “Halo, bapak lagi keluar. Nanti saya sampaikan kalau pulang,” kata dari balik telepon seluller sekitar pukul 16.18 Wita, Senin 5 September 2022.
Berdasarkan foto-foto yang dikirim ke redaksi TenggaraNews.com, air kran yang masuk ke rumah warga tampak keruh. Warnanya kecoklatan dan tidak layak dipakai untuk mandi, apalagi digunakan untuk kebutuhan air minum.
Informasi lain yang berhasil dihimpun, tim terpadu dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan anggota Komisi II DPRD Bombana dikabarkan akan meninjau langsung lokasi terjadinya air keruh yang diduga dampak dari aktivitas tambang PT TMS.
Terkait adanya keluhan warga Desa Balo dan Desa Bungi-bungi, Direktur PT TMS Andi Samsul Rizal yang dihubungi melalui pesan whatsapp sekitar pukul 19.15 Wita, hanya membaca pesan. Namun tidak memberikan komentar atas pertanyaan wartawan TenggaraNews.com.
Saat ditelpon, Andi Samsul Rizal mengangkat telepon kemudian tertawa dan merijek saat dicecar pertanyaan.
Awak media kembali berusaha menghubungi, namun tidak diangkat. Sekitar pukul 20.18 Wita, pesan whatsapp yang dikirim hanya dibaca ditandai dengan centang biru.
Laporan : Rustam