TenggaraNews.com, KENDARI – Mantan Kepala Desa Lowulowu, Muslimin Rifai diduga melakukan aksi premanisme, dengan menghadang mobil Hanura Butong Tengah (Buteng) yang dikendarai oleh Sekretaris DPC Partai Hanura Buteng, Djoysman Mahuzi, Kamis 20 Februari 2020 sekira pukul 07.00 Wita.
Kepada TenggaraNews.com, Djoysman Mahuzi menceritakan kronologi peristiwa yang dialaminya. Hal itu terjadi pada saat Ia ke Desa Lowulowu, tepatnya dl Dusun La Oda Kecamatan Gu untuk menjemput salah satu pengurus Partai Hanura yang akan berangkat ke Kabupaten Wakatobi.
selain itu, lanjut Djoysman, keberadaannya di desa tersebut juga untuk menjalankan misi kemanusiaan, yakni membawakan bantuan logistik bagi penderita penyakit stunting di desa itu.
“Pasca saya keluar memutar balikan mobil dan menuju Wamengkoli, di jalan saya Liat batu besar yang melintang di depan jalan, sehingga mobil yang saya kendarai tidak bisa lewat. Saat itu, rekan saya (La Musa, red) mengatakan ada baiknya mundur, karena pasti kita di pukul. Sehingga saya mundur dan mengamankan diri di rumah Kepala Dusun Lowulowu, saya pun juga diamankan dalam sebuah kamar,” bebernya melalui pesan WhatsApp.
Lebih lanjut, Djoysman menjelaskan, tiga menit berselang, datanglah oknum mantan kepala desa tersebut (Muslimin Rifai, red) dalam keadaan mabuk dan seorang preman, mereka berteriak-teriak soal kasus yang menimpa salah satu anggota keluarganya.
“Katanya saya yang penjarakan keluarga mereka beberapa bulan yang lalu. Kemenakannya ini atas nama Marzuki, di tahan oleh pihak Polres Baubau karena sebagai salah satu pelaku pengeroyokan terhadap saya,” jelasnya.
Menurutnya, keluarga Muslimin Rifai tak terima salah satu keluarga mereka berperkara hukum, sehingga berbuntut pemalangan kendaraannya.
“Alhamdulillah, Allah masih menolong dan saya di selamatkan oleh Bapak Jamaludin dan keluarga di dalam rumahnya, sehingga tidak terjadi sesuatu yang tidak diingankan. Mereka berteriak, agar saya keluar sembari mengeluarkan kalimat ancaman mau membunuh kalau saya tidak keluar, juga mau membakar mobilku,” ungkap Djoysman.
Menurutnya lagi, pengancaman dan penyanderaan terhadap mobil miliknya sebuah perilaku dan tindakan melawan hukum.
“Syukur ada mertua saya dan perangkat desa yang duluan amankan saya, sehingga saya bisa lolos dalam masalah tersebut, dan pada saat itu polisi masih dalam perjalanan menuju lokasi,” tambahnya.
“Kita hari ini sudah merdeka, tak hidup dalam penjajahan lagi, janganlah kita dijajah sama orang satu desa sendiri. Warga Lowulowu ini baik-baik dan bersahaja, hanya ada oknum yang membuat keadaan ini tak baik,” ujarnya.
Olehnya itu, Djoysman meminta pihak Polres Baubau dan Polsek Gu segera menindaki kasus tersebut. Agar masyarakat tak hidup dalam kecemasan, sehingga dapat meredam konflik sosial.
“Kalau cuman oknum mending diamankan saja, karena takutnya kalau tak diamankan bisa terjadi konflik yang lebih besar,” harapnya.
Laporan: Ikas