PADA hakikatnya Allah menciptakan dunia ini berpasan-pasangan, ada lelaki dan ada perempuan, ada kaya dan ada pula yang miskin, saudara -saudara kita yang kita sebut saja sebagai saudara kita yang kurang beruntung mempunyai banyak masalah dalam kehidupan sehari-harinya dan kehidupan di masa yang mendatang.
Masalah ekonomi, sosial , kesehatan selalu menghantui mereka dalam pikiran dan dalam lubuk hati yang terdalam, karena bagaimana pun mereka tidak ingin hidup dalam kemiskinan karena mereka tahu , bila tidak segera keluar dari kemiskinan mereka juga akan melahirkan generasi-generasi yang bernasib seperti mereka atau bahkan lebih buruk dari mereka.
Kemiskinan merupakan salah satu pilar dari SDGS, yaitu, pilar sosial dimana yang menjadi sasarannya adalah masyarakat global/ Indonesia tanpa kemiskinan di tahun 2030, dengan melihat SDGS secara global sudah berjalan kurang lebih 7 tahun, apakah dengan waktu tersebut jumlah kemiskinan semakin bertambah, dan apakah dengan sisa waktu 8 tahun lagi masalah tersebut dapat teratasi atau minimal berkurang.
Mari kita simak baik-baik apa yang terjadi di lingkungan kita dan masyarakat secara nasional, apakah kemiskinan semakin meningkat atau menurun saat pandemik menerjang.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah penduduk miskin di Indonesia meningkat di tengah pandemi Covid-19. Hingga September 2020, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan angka kemiskinan bertambah 2,76 juta jiwa menjadi 27,55 juta jiwa.
Pemulihan ekonomi berdampak positif pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hal ini tercermin dari tingkat kemiskinan Indonesia per Maret 2022 yang kembali menurun menjadi 9,54%, dari semula 9,71% di Bulan September 2021 (Maret 2021: 10,14%).
Hal ini menunjukkan kualitas pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2022. Tingkat kemiskinan terus dalam tren menurun di tengah tekanan harga komoditas global, khususnya harga kebutuhan pangan dan energi yang berdampak pada harga-harga di sejumlah pasar domestik dan daya beli masyarakat yang baru saja menikmati adanya pelonggaran protokol Covid.
Kemiskinan adalah ketidakmampuan untuk memenuhi standar minimum kebutuhan dasar yang meliputi, kebutuhan makanan dan non makanan.
Sedangkan garis kemiskinan menunjukkan jumlah rupiah minimum yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum makanan yang setara dengan 2100 kilokalori per kapita per hari dan kebutuhan pokok bukan makanan. Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran konsumsi per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin.
Angka kemiskinan menurun meskipun ambang batas garis kemiskinan Indonesia meningkat seiring meningkatnya berbagai risiko perekonomian. Ambang batas garis kemiskinan pada Maret 2022 meningkat sebesar 4,0% menjadi Rp505.469 dari sebelumnya Rp486.168 pada September 2021. Meskipun garis kemiskinan mengalami peningkatan, angka kemiskinan Indonesia tetap dapat diturunkan.
Studi Bank Dunia (Juni 2022) menyebutkan bahwa kenaikan harga komoditas di dalam negeri, yang dipicu oleh pergerakan harga komoditas global, diperkirakan akan menaikkan angka kemiskinan sebesar 0,2 persen poin.
Wabah Covid -19 yang melanda dunia, menyebabkan banyak orang jatuh miskin karena kehilangan pekerjaan, atau kurangnya pemasukkan dari sektor yang berdampak langsung dengan pekerjaan mereka. Pandemi melahirkan banyak orang miskin baru, yang sudah terlanjur miskin sebelum covid menyerang malah semakin miskin, banyaknya pengangguran dan susahnya mencari lapangan pekerjaan baru, maraknya kejahatan. Hal tersebut menyebabkan masyarakat miskin akan merasakan dampaknya mulai dari kualitas hidup yang tidak memadai, pendidikan keluarga yang tersendat, kesehatan yang kurang terjaga, dan kebutuhan sandang pangan yang semakin sulit.
Pemerintah kita dalam menghadapi pandemi dihadapkan banyak masalah , yaitu apakah mau memprioritaskan penanganan masalah Kesehatan khususnya covid -19 ataukah pemulihan ekonomi di saat dunia sedang menghadapi krisis ekonomi, kita tidak memungkiri bahwa negara kita sudah terlatih menghadapi kirisis, karena negara ini dibangun dengan susah payah dengan perjuangan menghadapi penjajah yang notebene sama dengan menghadapi kesulitan, tapi apakah ini bisa dijadikan pembenaran untuk membiarkan masyarakat kita di timpa kesulitan yang bertubi-tubi, mulai dari kehilangan nyawa anggota keluarga,teman yang disayangi. Padahal amanat undang-undang dasar negara kita adalah pemerintah yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
Pada saat krisis Covid-19 mulai menyerang kita, banyak masyarakat miskin yang tetap kerja tanpa mengindahkan anjuran pemerintah untuk tetap di rumah aja, karena hal tersebut akan menjadi dilema buat mereka , apakah tetap di rumah dengan resiko kelaparan atau kah meninggal karena covid. Tentu pilihan mereka adalah keluar untuk berjuang mencari nafkah, karena bantuan pemerintah tidak merata buat mereka, apalagi banyaknya masalah kependudukan di negara kita, yang membuat mereka tidak mendapat bantuan subsidi dari pemerintah. Belum lagi pemerintah menaikkan harga-harga yang katanya untuk menghemat subsidi dan mengurangi kesalahan subsidi kepada orang yang mampu, yang membuat masyarakat miskin seperti sudah jatuh tertimpa tangga lagi.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi pada September 2022 mencapai 1,17 persen secara bulanan (MOM). Dengan demikian, inflasi tahunan Indeks Harga Konsumen (IHK) mencapai 5,95 persen MOM dan inflasi tahun kalender di level 4,84 persen sepanjang tahun berjalan (YTD).
Lonjakan inflasi berpotensi menambah jumlah orang miskin di Indonesia, jika pendapatan masyarakat miskin tetap atau tidak bertambah.
Kalau harga naik dan pendapatan orang miskin tidak naik, maka orang miskin akan bertambah. Jadi, orang miskin akan naik bila tidak diimbangi dengan kenaikan pendapatan.
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual bahkan sudah melihat potensi peningkatan jumlah orang miskin di 2022 akibat lonjakan inflasi.
Menurut perhitungannya, kenaikan jumlah orang miskin sekitar 1-2 persen dari basis perhitungan. Meski begitu tidak akan terlalu besar. Sebab pemerintah sudah memberikan uluran tangan berupa bantuan langsung tunai (BLT) dan berbagai bantuan lain hingga akhir 2022.
Kita patut bersyukur, sudah lebih 2 tahun dan si covid akan berulang tahun yang ke 3 negara kita dianggap berhasil melawannya.
Mari kita doakan supaya si covid cepat melemah dan menjadi tak berdaya menghadapi manusia, yang merupakan makhlud ciptaan tuhan yang sempurna, yang memiliki system imun yang unik dan kecerdasan untuk mengatasi masalah dengan akalnya dan pengalamannya.
Untuk itulah penulis mengharapkan agar badai Covid-19 cepat berlalu, sehingga kita manusia dapat hidup seperti dulu lagi, dengan kecerian dan hidup penuh harapan menatap masa depan yang cerah, sehingga target SDGS ( Sustainable Development Goals ) atau pembangunan berkelanjutan dapat tercapai targetnya sehingga salah satu faktor SDGs yaitu kemiskinan dapat kita kurangi atau bahkan dapat teratasi demi kehidupan yang sejahtera.
Penulis : Andi Erwis Santoso
Mahasiswa S2 Universitas Hasanuddin