TenggaraNews.Com, WAKATOBI – Viral video aksi tak bermoral beredar di dunia maya. Kursi yang disiapkan untuk Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindag) Kabupaten Wakatobi, Safiuddin ditarik paksa oleh seorang aktivis.
Ironisnya, aksi tarik kursi ini terjadi di hadapan Bupati Wakatobi, Haliana yang dikeliling massa pengunjukrasa terkait terjadinya kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Wakatobi.
Aksi ini unjukrasa ini terjadi pada beberapa bulan lalu. Namun video ini baru viral di jagat maya, sehingga menjadi perbincangat netizen.
Menanggapi video yang beredar luas di Wakatobi, Kadis Perindag Safiuddin saat ditemui di kantornya tidak mau berkomentar.
” Saya, no komen soal itu, ” ujar Kadis Perindag Safiuddin pada Rabu, 22 Februari 2023.
Dalam rekaman video yang beredar, terjadi aksi demonstrasi soal kelangkaan BBM di Wakatobi. Aksi ini dilakukan oleh aktivis dan para nelayan.
Lalu Bupati Wakatobi Haliana dan Kadis Perindag Safiuddin menemui massa aksi untuk berdiskusi,
Namun ada hal berbeda. Pasalnya Bupati Wakatobi Haliana diberikan kesempatan duduk di kursi, sementara Kadis Perindag Safiuddin sempat diberikan kursi, tapi ditarik oleh salah seorang aktivis.
Hingga akhirnya Kadis Perindag Safiuddin, terpaksa jongkok di tengah-tengah pengunjuk rasa.
Ironisnya, tindakan menarik kursi Kadis Perindag dibiarkan Bupati Haliana.
“’Sudah sudah, nda apa,” kata Haliana saat kursi Kadis ditarik salah satu pengunjukrasa.
Menanggapi beredarnya video viral tersebut, salah satu tokoh masyarakat Wakatobi Suwandi Andi mengungkapkan, tindakan aktifis menarik kursi Kadis Perindag, tidak benar.
” Kalau saya lihat video itu, bukan didamaikan tapi itu adalah gerakan anarkis yang tidak boleh dibiarkan dan dibenarkan oleh siapapun. Apalagi itu terjadi di depan Bupati Wakatobi, kemudian ada seseorang memberikan kursi merah untuk pak kadis, lalu kemudian ada yang merampas pada saat bupati berbicara dan seolah-olah dibentak lalu kemudian reaksi pak bupati mengucapkan kalimat tidak apa-apa, bahkan setelah itu disiram melalui lemparan air, nah itu yang tidak benar, ” ujar Suwandi Andi.
Ketua Komisi III DPRD Provinsi Sultra ini mengatakan, selama hampir 15 tahun menerima aspirasi di DPRD Sultra, baik di dalam maupun di luar ruangan pada saat berdiskusi, seanarkis apapun pembawa aspirator itu masih mendengarkan, ketika diberikan penjelasan.
Lantas peristiwa yang menimpa Kadis Perindag di Wakatobi itu, kata Suwandi, demonstran harusnya bisa menghargai bupati sebab kejadian tidak bermoral itu berlangsung ketika bupati sedang berbicara.
Laporan : Syaiful
Editor : Rustam