TNC, KENDARI – Mantan anggota DPR RI, Oheo Sinapoy nyatakan penolakannya terhadap praktek dinasti politik di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), yang saat ini dibangun oleh sejumlah pelaku politik, dan kepala daerah aktif maupun mantan kepala daerah.
Olehnya itu, sebagai putra daerah yang peduli terhadap kondisi tersebut, dirinya merasa terpanggil untuk kembali dan bertekad meruntuhkan dinasti politik, agar demokrasi bisa kembali terselematkan, dari genggaman para pelaku politik yang serakah akan kekuasaan.
“Saya akan runtuhkan dinasti politik, yang dibangun 15 tahun terakhir ini, karena hal itu jelas telah merusak sistem demokrasisasi yang ada,” tegas Oheo Sinapoy kepada TenggaraNews.com, Minggu malam (30/7/2017).
Selain itu, kata dia, sistem dinasti tersebut juga telah mengubur kualitas potensi yang ada, kemudian melahirkan seorang pemimpin yang hanya memperkaya diri sendiri, dan menghadiakan air mata untuk masyarakat.
“Ini merupakan sebuah kesalahan besar dalam sistem demokrasi kita. Jangan karena anak atau istri dari penguasa saat ini, kemudian dipaksakan untuk menggantikan posisi ayah ataupun suaminya, sementara pemahaman dan kualitasnya terhadap instrumen kepemimpinan masih nihil. Ini kan merupakan bagian dari bentuk keserakahan dan ketakutan, agar tahta itu tidak jatuh ke orang lain,” beber Balon Wagub Sultra itu. .
Menurut dia, hal tersebut tidak boleh dibiarkan berlarut-larut, karena hanya akan semakin memperbodoh masyarakat. Olehnya itu, harus ada orang yang melawan dan meruntuhkan praktek politik keserakahan itu, dan dirinya masuk dalam kelompok yang demikian.
Ditambahkannya, tolak ukur seorang pemimpin itu tak dilihat dari siapa orang tuanya, penampilan ataupun seberapa besar harta yang dimiliki. Yang terpenting adalah potensi, pengalaman dan kualitas.
“Meminjam kalimat dari Pak Jendral Sudirman, bahwa dunia akan rusak bukan karena orang jahatnya, tapi dikarenakan orang-orang baik memilih untuk diam. Makanya, saya memutuskan melawan praktek dinasti tersebut,” papar politisi Partau Golkar ini.
Dicontohkan Oheo, salah satu praktek dinasti politik yang sudah dibangun saat ini, yakni proses Pilwali Kendari yang telah berhasil mengantarkan ADP sebagai pemenangnya. Padahal, jika walikota saat ini berniat untuk merawat demokrasisasi, hendaknya dia akan memprioritaskan pada kader berpengalaman dan berkualitas. Bukan malah memaksakan untuk mempertahankan tahta.
Disebutkannya, Abdul Rasak merupakan kader terbaik, tapi sayangnya kualitas dan potensi yang dimilikinya diabaikan. Parahnya lagi, masyarakat diarahkan untuk mendukung proses coba-coba, yang tentu saja akan memberikan implikasi buruk terhadap pembangunan daerah.
“Sebenarnya apa yang mereka mau tunjukan ke masyarakat, dengan mendorong anak ataupun istri yang masih dalam proses belajar. Apakah mau menunjukan kekuatan yang dibangun, dengan mengorbankan masa depan rakyat dan daerah ini? Jangan terlalu lama melakukan pembodohan terhadap masyarakat, hanya demi kepentingan hasrat pribadi, itu namanya bukanlah jiwa kepimpinan tapi keserakahan,” pungkasnya.
Laporan: Ichas Cunge