TenggaraNews.com, BUTON UTARA – Program pertanian organik yang diterapkan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buton Utara (Butur), kini mulai berkembang dan membuahkan hasil. Produksi beras merah khas Bumi Tinedeakono Sara itu sudah mulai di pasarkan.
Bupati Butur, Abu Hasan mengatakan, pemasaran beras merah tersebut bukan hanya dilakukan di wilayah Sultra saja, tapi sudah sampai ke DKI Jakarta. Saat ini, ada beberapa brand yang dipasarkan, tapi yang paling populer adalah Wakamondu, Wakanta dan Wakariri.
“Per kilonya itu dijual Rp 30 ribu,” singkatnya.
Ketua KAHMI Sultra ini menambahkan, Badan Urusan Logistik (Bulog) Divre Sultra juga berniat untuk membeli produk beras organik tersebut. Hanya saja, kerja sama itu masih dalam penjajakan, kemudian diatur melalui nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU).
“Brand beras organik ini sudah memiliki sertifikasi nasional, dan sekarang sedang menunggu sertifikasi international, bantuan langsung dari Kementerian Pertanian (Kementan) RI,” tambahnya.
Lebih lanjut, Abu Hasan menjelaskan, saat ini sudah musim tanam, sedangkan masa produksinya dipresksi pada Mei mendatang. Luas lahan yang dikembangkan berkisar 1000 hektare (Ha).
“Air memang masih menjadi kendala yang dialami para petani. Makanya, saya proyeksikan pembangunan bendungan dan irigasi,” jelasnya.
Kepala Divisi Regional Bulog Provinsi Sultra, La Ode Amijaya Kamaluddin mengungkapkan, tahun ini pihaknya akan menyerap beras merah organik Butur sebanyak 100 ton.
“Kami akan serap beras merah organik itu sebanyak 100 ton untuk tahap awal,” kata Amijaya.
Ia mengatakan, saat ini Sultra memiliki dua produk unggulan yakni Beras Cap Anoa Varietas Konawe dan Mekongga, kemudian beras merah organik dari Butur. Olehnya itu, pihaknya berinisiatif menyerap beras tersebut untuk di pasarkan diberbagai pasar tradisional di Sultra, khususnya di Kota Kendari.
“Saya ingin beras merah organik dari Butur ini bisa dikenal, bukan hanya masyarakat Butur, tetapi diseluruh masyarakat Sultra,” harapnya.
Amijaya juga menambahkan, beras merah organik dalam kemasan seberat satu kilogram itu kualitasnya sangat baik, sehingga selama ini hanya dipasarkan di luar daerah.
“Saya sudah meminta kepada Pemerintah daerah (Pemda) setempat sebanyak 100 ton, mudah-mudahan itu bisa dipenuhi agar Bulog bisa menampung untuk dipasarkan dibeberapa tempat, yakni di Supermarket, Mall, pasar dan tempat lainya ” jelasnya.
Untuk harga beras tersebut, dia mengaku belum bisa memastikan. Sebab, harus di koordinasikan dulu kepada pihak terkait.
Laporan: Ikas Cunge