TenggaraNews.com, KENDARI – Di hadapan lebih dari 100 mahasiswa dari Perguruan Tinggi (PT) di Kota Kendari, Mayjen TNI (Purn) Andi Sumangerukka tampil berbicara, memberikan inspirasi tentang meraih cita-cita menjadi pemimpin daerah dan bangsa di masa depan.
Dengan gaya bahasa sederhana, lugas dan mudah dipahami, mantan Panglima Kodam (Pangdam) XIV Hasanuddin ini, membagikan pengalaman hidupnya. Mulai dari kehidupan kenakalan masa kanak-kanak, remaja hingga kemudian menjadi prajurit Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD).
“Saya tidak pernah membayangkan bahwa suatu ketika akan mendapat amanah sebagai Panglima Kodam XIV Hasanuddin. Suatu amanah jabatan yang dihitung jari,” kata Andi Sumangerukka dewan pendiri Yayasan Aku Sahabat Rakyat (ASR) di Kampus Universitas Muhammadiyah (UM) Kendari.
Turut mendengarkan kisah inspirasi perjalanan karier ketentaraan ASR panggilan akrab Andi Sumangerukka, ternyata tidak hanya mahasiswa calon penerima Beasiswa ASR (Be-ASR). Tapi juga Dr.Amir Mahmud,S.Pi,MP Rektor UM Kendari, Prof.Dr. H. Aris Badara, S.Pd, M.Hum, guru besar Universitas Halu Oleo (UHO).
Kemudian turut mendengarkan Prof. Dr. Ir. H. Andi Khaeruni R, M.Si, juga guru besar di Kampus UHO. Lalu para dekan dan dosen Kampus UM Kendari dan beberapa pengurus Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) Provinsi Sultra.
Mantan Komandan Korem (Danrem) 143 Halu Oleo ini kemudian mengawali kisahnya kehidupan masa kecilnya di Kota Lama Kendari yang sekarang berdiri kokoh Icon Jembatan Teluk Kendari (Jembatan Bahteramas).
“Masa kanak-kanak saya tinggal di Kota Lama Kendari. Di sanalah masa kecil saya sejak tahun 1965 bersama orang tua yang juga seorang tentara,” kisahnya.
Sebelum Kota Kendari berkembang seperti saat ini, pusat keramaian Kendari berada di Kota Lama Kendari. Dimana masa itu, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) masih bergabung dengan Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) yang dikenal dengan singkatan Provinsi Sulselra.
Di Kota Lama Kendari pada masa itu merupakan pusat perdagangan. “Begitu saya bangun pagi, saya sudah melihat keramaian orang di pasar. Mereka menjual macam-macam, mulai jual ayam, kelapa, ikan, beras, minyak dan sebagainya,” urai ASR.
Karena Kota Lama Kendari sebagai pusat perputaran ekonomi, maka banyak pula orang luar dari Kota Kendari yang datang mengamati perdagangan, kira-kira apa yang cocok dibeli lalu dijual lagi ke daerah lain.
Dari sekian banyak yang diperdagangkan di Kota Lama Kendari, ada satu jajanan yang paling disenangi Andi Sumangerukka ketika itu. Apa itu? “Jajanan baroncong yang paling saya suka beli setiap hari,” aku mantan Kepala Badan Intelijen Nasional (BIN) Daerah Sultra ini.
Jajanan baroncong merupakan salah satu kuliner khas Sulawesi yang terbuat dari adonan tepung terigu dicampur gula pasir dan parutan kelapa.
Adonan jajanan baroncong ini kemudian dicetak dan dibakar hingga warna kecoklatan. Bila aroma khas baroncongnya sudah keluar, pertanda sudah bisa dihidangkan.
“Karena jajanan baroncong ini sangat enak, sehingga muncul kenakalan. Kadang saya makan tiga biji baroncong, tapi saya bilang sama penjualnya hanya satu ji,” aku jenderal bintang dua ini.
“Jadi makan tiga biji baroncong, bayar hanya satu biji. Kadang penjualnya tidak percaya dari tadi makan baroncong, mengaku baru satu biji. Ya inilah masa kenakalan anak-anak ketika itu. Tapi ingat kenakalan ini jangan ditiru,” pinta Andi Sumangerukka.
Seiring dengan perjalanan waktu, Andi Sumangerukka mendapat tugas baru dari Mabes TNI yakni sebagai Pangdam XIV Hasanuddin. Dalam masa menjalankan tugas sebagai Pangdam di Kota Makassar, kesenangan mencicipi kuliner baroncong tidak pernah hilang.
Hingga kemudian muncul inspirasi untuk membuat event Festival Baroncong. “Saya terinspirasi untuk membalas kebaikan penjual baroncong. Semoga saja kesalahan saya masa anak-anak dapat dimaafkan sama penjual baroncong,” terang ASR yang baru saja terpilih sebagai Ketua Umum DPD Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Provinsi Sultra ini.
Lalu kemudian pria kelahiran 11 Maret 1963 ini, menggelar event Festival Baroncong di Kota Makassar dengan menghadirkan lebih 100 penjual kuliner baroncong.
“Saya perintahkan cari semua penjual kuliner baroncong, suruh semua ikut Festival Baroncong. Semua dagangan jajanannya dibeli,” ujarnya.
Setiap peserta Festival Baroncong mendapat harga jualan sebesar Rp 5 juta. “Jajanan baroncongnya diborong lalu dinikmati bersama-sama seluruh masyarakat yang hadir di acara Festival Baroncong. Inilah cara saya membalas sekaligus menghargai pabalu (penjual dalam bahasa daerah Bugis dan Tolaki) baroncong,” ungkapnya dengan nada penuh semangat.
Pesan moral yang ingin disampaikan anak dari pasangan Mayor (Purn) TNI H. Andi Baso Syamdaud dan Hajjah Andi Azizah ini dari event Festival Baroncong adalah :
1. Belajarlah menghargai perjuangan seseorang meskipun itu pedagang jajanan, seperti kuliner baroncong. Sebab dari hasil dagangannya itulah, dia bisa menghidupi keluarganya, bisa menyekolahkan anak-anaknya dan lain sebagainya.
2. Selalu ingat kebaikan seseorang, tanpa pandang status ataupun pekerjaan, meskipun itu pedagang kuliner baroncong.
3. Selalu ingat bahwa jabatan yang diberikan itu hanya amanah dan suatu ketika akan berakhir. Amananah jabatan tidak dibawa mati, kecuali amal kebaikan kita kepada sesama manusia di muka bumi ini. Karena itu, selalulah tanamkan amal kebaikan sebagai bekal di akhirat nanti.
Laporan : Rustam