TenggaraNews.com, WAKATOBI – Aksi demonstrasi terkait maraknya kapal pelingkar yang beroperasi di perairan Desa Sombu, Kecamata Wangi-wangi, Kabupaten Wakatobi berakhir ricuh.
Kuricuhan tersebut dipicu oleh masa aksi yang memaksa membakar ban bekas. Pada saat polisi berusaha mematikan kobaran api, masa aksi justru semakin membabi buta.
Tak hanya itu, salah seorang orator juga memprovokasi massa aksi agar melakukan pelemparan menggunakan batu ke arah pihak Satpol PP dan aparat kepolisian.
“Ambil batu, ambil batu, masa aksi ambil batu. Tenang masa aksi, ambil batu, lempar,” kata salah seorang orator, saat masa aksi tak terkendalikan di Kantor Bupati Wakatobi, Kamis 29 Agustus 2019.
Untungnya, pihak kepolisian dengan cepat meredam amarah massa aksi yang hampir tak terkendalikan itu.
Adanya aktifitas kapal pelingkar di Desa Sombu dinilai masyarakat setempat sangat meresahkan nelayan lokal. Pasalnya, hasil tangkapan nelayan banyak berkurang.
Kordintor lapangan (Korlap) massa aksi, Muh. Alwi meminta kepada Bupati dan DPRD Wakatobi agar menyampaikan kepada Kepala Dinas Perikanan dan Kelutan Provinsi Sultra, untuk mencabut surat izin kapal pelingkar yang beroperasi di perairan laut Pulai Wangi-wangi.
Salah seorang nelayan lokal, Rudua mengungkapkan, dirinya sangat merasah terpukul dengan adanya aktifitas kapal pelingkar, hasil tangkapanya tak cukup lagi untuk kebutuhan hidup keluargnya.
“saya melihat aktifitas kapal pelingkar itu, air mataku sempat jatuh, karena penghasilan ikan-ikan di pesisir pantai Desa Sombu itu dihabiskan sama mereka. Belum juga biaya pendidikan anak-anak dan kebutuhan lainya kita peroleh dari hasil tangkapan kami,” ujar Rudua.
Laporan : Syaiful
Editor: Ikas