TenggaraNews.com, WAKATOBI – Tradisi Kajiri diyakini sebagai turunya Lailatul Qadar Oleh masyarakat Kabupaten Wakatobi khususnya bagi masyarakat Pulau Wangi-wangi.
Tradisi ini ditandai dengan Kegiatan Hepatirangga (bahasa daerah) yaitu mewarnai kuku dengan menggunakan daun pacar yang ditumbuk sampai halus kemudian dibalutkan pada kuku, baik laki-laki maupun perempuan.
Tradisi ini sudah dilakukan sejak zaman dahulu sebagai bentuk kesukuran masyarakat atas turunnya Lailatul kadar di malam ke-27 Ramadhan.
Kegiatan ini dilakukan masih sangat tradisional, dengan cara menghaluskan daun pacar yang ditumbuk sampai halus kemudian dibalutkan ke kuku. Konon di zaman dahulu untuk menghaluskan daun pacar dilakukan dengan cara dikunyah sampai halus, lalu diletakan pada kuku dan dibalut dengan dedaunan (daun pohon orami maupun balande / bahasa daerah).
” Kajiri ini adalah tradisi yang selalu dilakukan masyarakat Wakatobi khususnya Wangi-wangi dan itu memang sudah dari zaman dahulu yang dikaitkan dengan nilai-nilai keislaman yang tumbuh di masyarakat, malam itu diyakini oleh masyarakat sebagai malam tutupnya Lailatul Qadar, ” kata tokoh adat La Ode Muhdar pada Rabu, 26 Maret 2025.
Paturangga (bahasa daerah) atau daun pacar swlin digunakan sebagai tanda datangnya malam Lailatul Qadar juga digunakan masyarakat setempat untuk membalut luka karena tekstur daun yang dingin dipercaya dapat menyembuhkan luka.
Tradisi mewarnai kuku ini, bisa berlangsung hingga dua malam mulai dari malam ke 27 ramadhan.
Laporan : Syaiful
Editor : Tam